Terjemahan
harfiah dokumen:
"Ini
adalah pesan dari Muhammad ibn Abdullah,
sebagai
suatu perjanjian bagi mereka yang menganut Kekristenan, jauh dan dekat, kami
beserta mereka.
Sesungguhnya
aku, para hamba, para pembantu dan para pengikutku membela mereka, karena orang
Kristen adalah wargaku; dan demi Allah! aku menahan diri untuk melakukan apapun
yang menentang mereka.
Tidak
ada paksaan boleh dilakukan untuk mereka.
Juga
tidak boleh hakim-hakim mereka disingkirkan dari pekerjaannya, maupun para
biarawan mereka dari biara-biaranya.
Tidak
ada orang yang boleh menghancurkan rumah agama mereka, atau merusakkannya, atau
mengambil sesuatupun daripadanya ke dalam rumah-rumah orang Muslim.
Bilamana
ada orang yang melakukan hal ini, ia menyalahi perjanjian Allah dan tidak
mematuhi Nabi-Nya.
Sesungguhnya,
mereka adalah sekutuku dan memiliki perjanjian erat dariku melawan semua yang
mereka benci.
Tidak
ada orang yang boleh memaksa mereka untuk pergi atau mengharuskan mereka untuk
berperang.
Orang-orang
Muslim harus berperang untuk mereka.
Jika
seorang wanita Kristen menikah dengan seorang Muslim, tidak boleh dilakukan
tanpa seizin wanita itu. Wanita itu tidak boleh dihalangi untuk mengunjungi
gerejanya untuk berdoa.
Gereja-gereja
mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dihalangi untuk memperbaikinya atau
kekudusan perjanjian-perjanjian mereka.
Tidak
ada bangsa (Muslim) yang boleh melanggar perjanjian ini sampai Akhir
Zaman."
MENGAPA SURAT
PERJANJIAN INI PALSU???
Mudah-mudahan
kesalahan dari surat palsu tersebut menjadi jelas.
Surat Palsu tersebut adalah:
- Ini
adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, sebagai perjanjian bagi siapa pun yang
menganut kekristenan, jauh dan dekat, bahwa kami mendukung mereka.
- Sesungguhnya saya, para pelayan, para
penolong, dan para pengikut saya membela mereka, karena orang-orang Kristen
adalah penduduk saya; dan karena Allah! Saya bertahan melawan apa pun yang
tidak menyenangkan mereka. Pada
situs/link lainnya ditulis begini :Bahwasanya aku, para pembantuku, dan
para pengikutku sungguh membela mereka, karena orang Kristen juga rakyatku; dan
demi Allah, aku akan menentang apa pun yang tidak menyenangkan mereka
- Tidak ada paksaan yang dapat dikenakan
pada mereka. Sekalipun oleh para hakim mereka, maka akan dikeluarkan dari
pekerjaan mereka maupun dari para biarawan-biarawan mereka, dari biara mereka.
Tidak ada yang boleh menghancurkan rumah ibadah mereka, atau merusaknya, atau
membawa apa pun daripadanya ke rumah-rumah umat Islam.
- Jika ada yang memgambil hal-hal
tersebut maka ia akan merusak perjanjian Allah dan tidak menaati Rasul-Nya.
Sesungguhnya, mereka adalah sekutu saya dan mendapatkan piagam keamanan melawan
apa pun yang mereka benci.
- Tidak ada yang memaksa mereka untuk
bepergian atau mengharuskan mereka untuk berperang. Umat Islam wajib bertempur
untuk mereka. Jika ada perempuan Kristen menikahi pria Muslim, hal ini tidak
dapat dilakukan tanpa persetujuan perempuan itu. Dia tidak dapat dilarang untuk
mengunjungi gerejanya untuk berdoa.
- Gereja-gereja mereka harus dihormati.
Mereka tidak boleh dilarang memperbaiki dan menjaga perjanjian-perjanjian
sakral mereka. Tidak ada dari antara bangsa (Muslim) yang boleh tidak mematuhi
perjanjian ini hingga Hari Akhir.” [Dimuat di Republika edisi cetak dengan judul Menebar
Nilai Perdamaian]
Saya bisa
memastikan bahwa piagam tersebut adalah PALSU. Rinciannya adalah sebagai
berikut:
Perjanjian
“Piagam Anugerah” yang aslinya “Patent from Prophet Muhammad to the Christians
of St. Catherine’s Monastery, ini tertulis dikeluarkan tahun 628 M. Dalam
sejarah Islam, tercatat bersamaan dengan perjanjian Hudaibiah. Dalam buku
“Atlas Sejarah Islam”, bab tentang perjanjian Hudaibiah, terdapat uraian yang
memuat berita tentang surat Rasullullah SAW kepada Raja Mesir. Surat tersebut
dibuat beliau saat jeda waktu diantara perjanjian Hudaibiah dengan kaum
Quraish. Surat tersebut sejatinya ditujukan kepada raja-raja di sekitar Mekah
dan Madinah termasuk salah satunya raja di Mesir. Isi surat ke semua raja-raja
tersebut sama, yang intinya Rasul SAW mengajak semua raja-raja untuk
men-tauhid-kan Allah. Isi surat berkaitan dengan Surah Ali Imran, 64, yaitu: Katakanlah: “Hai Ahlul Kitab, marilah
(berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai Rabb-Rabb selain Allah”. Jika mereka berpaling maka
katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)”.
Jika
dibandingkan, jelas isi surat tersebut bertentangan. Pada surat Rasullullah SAW
untuk raja-raja di sekitar wilayah Mekah dan Madinah, isi surat beliau berkaitan
dengan Risalah Kenabian beliau yang mengajak umat manusia bertauhid yaitu
meng-esakan Allah. Tidak ada seorang manusia-pun yang dapat dipersekutukan
dengan-Nya.
Jika
diteliti lebih jauh tampak surat PALSU tersebut isinya adalah pembodohan, sama
sekali bukan masalah toleransi. Saya tunjukkan contohnya:
“Bahwasanya aku, para pembantuku
(pelayan), dan para pengikutku sungguh membela mereka, karena orang Kristen
juga rakyatku (satunya menterjemahkan pendudukku); dan demi Allah, aku akan
menentang apa pun yang tidak menyenangkan mereka”.
Dalam
sejarah, Nabi SAW tidak pernah menyebut umatnya “rakyatku” ataupun “pendudukku”. Kata-kata “…Bahwasanya
aku, para pembantuku, dan para pengikutku..” nampak sekali sebagai
bahasanya pihak lain (sangat mungkin pihak Kristiani), Nabi SAW TIDAK menyebut
umat Islam dengan “para pembantuku (pelayan), dan para pengikutku….”
Selain
itu ucapan “Aku akan
menentang apapun yang tidak menyenangkan mereka” jelas bertentangan
dengan tugas beliau sebagai pembawa Risalah Illahi. Sebagaimana yang terdapat
dalam Kitab Suci Al Qur’an, banyak sekali ulasan tentang umat manusia yang jauh
telah menyimpang dari ajaran Rasulnya setelah sepeninggal Rasul-Rasul tersebut.
Beliau meluruskan penyimpangan-penyimpangan tersebut, maka TIDAK MUNGKIN beliau
akan mengucapkan “Aku akan
menentang apapun yang tidak menyenangkan mereka”, padahal dalam
sejarah telah tercatat mereka banyak menentang Nabi Muhammad SAW, tidak mau
mengakui beliau sebagai Rasul terakhir, dan tidak mau diluruskan, apalagi
berkaitan dengan “KETAUHIDAN”.
Jika
diulas lebih lanjut, pernyataan “Aku
akan menentang apapun yang tidak menyenangkan mereka”, juga
bertentangan dengan ajaran Rasullallah SAW yang bersumber pada Hadist-Hadist
yang shoheh. Coba dibandingkan dengan Surat Perjanjian beliau dengan
kaum Nasrani di Najran (Najran adalah bagian dari wilayah
Yaman) (HR Abu Dawud, 8/279/2644):
Rasulullah
SAW telah mendamai penduduk Najran dengan persyaratan: 1), Mereka menyetorkan
2.000 chullah, pada Muslimiin, yang setengah diberikan pada bulan Sapar,
sisanya pada bulan Rajab. 2), Mereka meminjami 30 baju perang 30 kuda, 30 unta,
30 macam peralatan perang, untuk berperang. Peminjaman ini berlaku jika ada
serangan atau pengkhianatan di Yaman, dan harus dikembalikan lagi. 3), Gereja
tidak boleh dirobohkan dan alim Nashrani tidak boleh diusir dari Gereja. 4),
Selama mereka tidak membuat pembaharuan atau tidak makan riba, agama mereka
tidak boleh dirusak.”
Dalam Surat Perjanjian dengan Nasrani Najran yang dibukukan di
dalam HR Abu Dawud tersebut, isi perjanjian tersebut balance/seimbang, yaitu:
(1) Disatu sisi perjanjian menunjukkan jaminan Rasul SAW dan umat muslim kepada
mereka, tetapi (2) disisi lain juga ada ketetapan yang harus mereka patuhi
yaitu pada butir ke 4: “Selama
mereka tidak membuat pembaharuan atau tidak makan riba, agama mereka tidak
boleh dirusak”. Dalam keterangan Hadist tersebut (yang telah
dijelaskan ulama yang ahli dalam bidang Hadist dan Sejarah, serta Tafsir) yang
dimaksud dengan “tidak
membuat pembaharuan” adalah mereka tidak merubah isi perjanjian
tersebut, atau syarat yang kedua “tidak makan riba” disinilah menunjukkan
betapa Rasullullah SAW konsisten menegakkan hukum Allah ditengah-tengah
mengalahnya kaum Muslim kepada mereka, jaminan yang dibuat Rasullullah SAW
adalah disertai dengan sandaran batasan yang mengacu pada hukum Allah. Dalam
hal ini batasan itu mengenai persoalan riba, hukum yang sebenarnya sudah
ditetapkan pada umat sebelumnya sebagaimana yang diwahyukan kepada Rasullullah
SAW di dalam Surah An-Nisa, 161: “dan disebabkan mereka (Yahudi)
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang dari padanya, dan karena
mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil”. Dalam
perjalanan sejarah, mereka terbukti melanggar perjanjian tersebut, mereka makan
riba.
Di dalam
Surah Ali Imran, 64, diatas, di kalimat terakhir “….Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)” menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang
toleran, tidak memaksakan seorang manusia untuk menjadi Islam dan beriman. Maka
jelas tampak bahwa dari cara-cara Rasullullah SAW berhubungan dengan umat lain
Rasullullah SAW selalu menyampaikan sesuai dengan Risalah Kenabiannya. Beliau
jelas menyampaikan kebenaran Tuhannya (Al A’Raaf 68), sepahit apapun tugas
ke-rasul-an beliau (karena ditentang umat manusia yang tidak mau beriman), beliau tidak
mungkin membuat surat untuk mengikuti hawa nafsu manusia semata sebagaimana
tercermin dalam surat PALSU tersebut yaitu “Aku
akan menentang apapun yang tidak menyenangkan mereka”; “Sesungguhnya,
mereka adalah sekutu saya dan mendapatkan piagam keamanan melawan apa pun yang
mereka benci”; “Tidak ada dari antara bangsa (Muslim) yang boleh tidak mematuhi
perjanjian ini hingga Hari Akhir”.
Jaminan
apa seperti dalam surat palsu itu, padahal mereka adalah orang-orang yang
menentang ketauhidan Allah, menentang tentang kejadian Isa Al Masih sebagaimana
yang disebutkan dalam Surah Ali Imran 59-60??! Tidak masuk akal bukan?
Selain
itu dalam catatan sejarah, pada jamannya Nabi Muhammad SAW masih hidup beliau
hanya menguasai Mekah dan Madinah. Pada saat itu Mesir masih dikuasai Romawi.
Dari sumber sejarah catatan Panglima Khalid bin Walid, Pasukan Romawi pertama
dapat ditaklukkan Pasukan Muslim adalah di Baitul Maqdis oleh Khalifah Umar bin
Khatab.
Mesir
baru ditaklukkan umat muslim oleh Bani Umayah bisa dilihat dihttp://id.wikibooks.org/wiki/Mesir_Kuno/Sejarah.
Informasi ini saya cross-check dengan catatan sejarah Islam Dari Professor Buya
Hamka. Pada buku beliau Sedjarah Umat Islam II, halaman 55, informasinya
selaras dengan link di atas, yaitu Mesir baru ditaklukkan oleh umat Islam pada
jamannya Bani Umayah, tepatnya oleh kekhalifahan Marwan ibn Hakam, yaitu pada
tahun 63 Hijriah, 684 Masehi. Nabi MUhammad SAW meninggal pada tahun 11
Hijriah. Maka isi surat tersebut jelas bohongnya, tidak mungkin pada wilayah
Mesir yang tidak beliau kuasai Nabi SAW menyebut umat Kristen di St.
Catherine’s Monastery sebagai “juga
rakyatku”. Yang jelas surat-surat
beliau kepada raja-raja di sekitar jazirah Arab termasuk ke Mesir menunjukkan
bahwa yang “diketuk hatinya” terlebih dahulu untuk bertauhid adalah para
pemimpinnya.
Semestinya
patut kita pertanyakan tujuan kaum yang memalsukan surat tersebut. Jika yakin
dengan hukum Allah, tentu tidak perlu membuat berita memalsukan seperti itu,
tentu tidak akan membawa manfaat seperti disampaikan dalam Al Qur’an “Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu
dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar” (Al Baqoroh, 9).Kebenaran itu milik Allah,
Allah-lah sebaik-baiknya penjaga.
NOTES:
Yang
menjadi salah satu rujukan utama surat PALSU tersebut ada dihttp://en.wikipedia.org/wiki/Achtiname_of_Muhammad.
Yang perlu diperhatikan adalah rujukannya. Bagi mereka yang terbiasa membaca
journal ilmiah, akan mengenali bahwa rujukan dicantumkan apabila rujukan
tersebut dipakai untuk merujuk dengan menunjukkan informasi mana saja yang
dikaitkan dengan rujukan. Pada link diatas rujukan yang dipakai hanya ini:
1. a b c
d e f g Ratliff, “The monastery of Saint Catherine at Mount Sinai and the
Christian communities of the Caliphate.”
3. Lafontaine-Dosogne, “Le Monastère du Sinaï: creuset de culture chrétiene
(Xe-XIIIe siècle)”, p. 105.
4. Atiya, “The Monastery of St. Catherine and the Mount Sinai Expedition”. p.
578.
5. Ratliff, “The monastery of Saint Catherine at Mount Sinai and the Christian
communities of the Caliphate”, note 9. Ratliff refers to Mouton, “Les musulmans
à Sainte-Catherine au Moyen Âge”, p. 177.
6. Khan, Muqtedar (December 30, 2009), “Muhammad’s promise to Christians”,
Washington Post, retrieved 1 December 2012
7. Covenantsoftheprophet.com
Bagi yang
ingin mengecek kualitas rujukan tersebut, coba saja buka rujukan no 2, misalnya,
pada link itu hanya terdapat informasi satu paragraph!! Pada rujukan no 4
misalnya, itupun hanya di bagian paragraph terakhir, yg membicarakan sejarah
tentang perjanjian itu, satu paragraph juga!! Katanya perjanjian itu dibawa
oleh Sultan Selim I? Ya apa bisa dipercaya penulis sejarahnya saja Aziz S
Attiya juga tidak menegaskan keasliannya!! Dia mengatakan: “..the Covenant of the
Prophet, whether authentic or forged, was in someway or other renewed.” No 7
juga gambar!!No 6 dari cuplikan dari Washington Post!!! Si Ratliff di rujukan
no 1 dan 5 gak ditulis nama lengkapnya.
Itulah
berita wikipedia, tulisan yang berkualitas dan tidak sangat mudah ditelusuri.
Referensi yang dikumpulkan pada sumber utama dan sekunder (primary and
secondary sources) adalah ‘nonsense’ dan tampak dipakai untuk menipu, karena
sama sekali tidak dipakai sebagai rujukan untuk menjelaskan teks pada link
tersebut, tetapi tetap dipajang disana.
Jadi
jelas bahwa Wikipedia sendiri secara terang refernsinya tidak bisa
dipertanggung-jawabkan yang otomatis isi surat perjanjian tersebut keabsahannya
juga perlu dipertanyakan.
SEPATUTNYA SURAT ITU UNTUK RAJA MESIR... BUKAN KEPADA PENDETA KRISTIAN... Surat Nabi saw untuk Al-Muqawqis, Penguasa Mesir (lihat foto)
Isi surat:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad bin Abdullah utusan Allah, untuk al-Muqawqis penguasa Mesir yang agung. Salam bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Selain dari pada itu, aku mengajakmu kepada panggilan Allah. Peluklah agama Islam maka kamu akan selamat dan Allah akan memberikan bagimu pahala dua kali. Jika kamu berpaling maka kamu akan menanggung dosa penduduk Mesir.“.. tengok cop MOHOR nabi Muhammad... bukan rajah tapak tangan.. tetapi cincin mohor nabi...
Isi surat:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad bin Abdullah utusan Allah, untuk al-Muqawqis penguasa Mesir yang agung. Salam bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Selain dari pada itu, aku mengajakmu kepada panggilan Allah. Peluklah agama Islam maka kamu akan selamat dan Allah akan memberikan bagimu pahala dua kali. Jika kamu berpaling maka kamu akan menanggung dosa penduduk Mesir.“.. tengok cop MOHOR nabi Muhammad... bukan rajah tapak tangan.. tetapi cincin mohor nabi...
LIHAT COP SURAT-SURAT INI. DARI SINI SAHAJA KITA AKAN TAHU IANYA BENAR DNA SAHIH DARI NABI MUHAMMAD S.A.W ATAU TIDAK,...
WALLAHU'ALAM
Tiada ulasan:
Catat Ulasan