MASJIDILHARAM
Masjid bermaksud Tempat
Sujud. Haram pula bermaksud ‘Larangan/dilarang’. Apabila digabung dua perkataan ini jadilah ia
sebagai Masjidilharam yang bermaksud
Tempat Sujud yang ada Larangan-larangan yang ditentukan oleh ALLAH dalam
Qur’an. Peraturan-peraturan lain mengenai larangan ini juga dibuat oleh Nabi Muhammad, Rasulullah SAW pada zamannya dan juga pemerintah Kota Mekah dari semasa ke semasa.
Masjidil Haram artinya
masjid yang memiliki tanah haram. Kenapa dinamakan tanah haram? Para ulama
mengatakan karena di dalam tanah itu berlaku berbagai ketentuan yang mengharamkan
kita melakukan berbagai hal, seperti berburu, mengangkat senjata, mematahkan
tumbuhan dan seterusnya, termasuk juga haram untuk dimasuki oleh kafir. Iaitu orang
yang engkar dan menentang Islam. Bagi mereka
yang tidak menentang. Mereka sepatutnya
diperbolehkan mengunjunginya atas dasar mengajar mereka tentang Islam.
Masjidl Haram adalah
Masjid Suci atau Halal untuk orang Islam(Tunduk) memasukinya dan mengimara’kannya. Oleh itu, Masjidilharam adalah Haram atau dilarang bagi
orang kafir(Engkar) untuk memasukinya.
Tetapi, bagi golongan
manusia yang bukan Kafir dan Bukan Islam atau Non-Muslim, dibenarkan untuk memasukinya
dan mengenali Islam-hal ini bergantung kepada budi bicara pemerintah Kota
Mekah. Golongan ini perlu membuat permohonan kepada pemerintah dan kerajaan
Mekah.
"Adalah
kewajipan manusia terhadap Allah untuk datang berhaji ke Rumah, jika dia boleh
buat jalannya ke sana.” [Q.S.3:97]
“Dan
serulah manusia kepada haji, dan mereka akan datang kepada kamu berjalan kaki,
dan di atas tiap-tiap haiwan yang kurus, mereka datang dari tiap-tiap jurang
yang dalam."
[Q.S.22:27]
*Haji:
Cabaran/Tantangan/Undangan Tuhan untuk mengenali dan mengunjungi Masjidil-Haram@Larangan dalam kepatuhan.
Berikut alasan
disebut tanah haram:
1.
Haram Dimasuki Musyirikin
Dasar larangan bagi
orang Musyrikin untuk memasuki wilayah AL-HARAM di Makkah Al-Mukarramah adalah
sebuah firman Allah SWT di dalam surat At-Taubah:
“Wahai orang-orang yang percaya, orang-orang
yang sekutukan(Musyrikin) adalah najis, maka jangan benarkan mereka dekati
Masjidil Haram selepas tahun mereka ini. Jika kamu takut akan kemiskinan,
sungguh, Allah akan cukupkan kamu daripada pemberian-Nya, jika Dia hendaki;
sesungguhnya Allah Mengetahui, Bijaksana.”
[Q.S. 9:28]
*Orang Musyrikin
adalah orang yang menyembah selain ALLAH dan mereka engkar/kafir dan menentang
kepada agama Islam apabila diseru kepada Islam.
2.
Batas Tanah Haram
Sedangkan batas tanah
haram yang berlaku semua ketentuan tentang tanah haram itu adalah batas miqat
makani sebagaimana yang berlaku buat jamaah haji. Maka para batas-batas miqat itulah seorang Orang
Kafir sudah tidak boleh lagi masuk ke dalamnya. Di sebelah timur ada Dzatu
‘Irqin, yaitu batas orang yang masuk dari arah negeri Iraq. Bergeser ke Selatan masih di timur ada Qarnul
Manazil. Paling selatan, yaitu dari arah negeri Yaman, ada Yalamlam. Sedangkan dari arah
utara, beberapa kilometer dari Kota Madinah, ada Bi’r Ali, atau disebut juga
dengan Dzil Hilaifah. Di sebelah Barat ada Juhfah atau disebut juga Rabigh.
Maka kota Makkah seluruhnya tentu saja termasuk wilayah tanah haram. Artinya,
orang kafir tidak boleh masuk wilayah ini.
*Batas Tanah Haram
ini ditentukan oelh Kerajaan dan pemerintah Mekah.
3.
Ketentuan Terkait dengan Wilayah Al-Haram
Selain tidak boleh
dimasuki oleh orang Kafir, tanah Al-Haram di Makkah juga memiliki
ketentuan-ketentuan lainnya, antara lain:
Solat di wilayah
Al-Haram Makkah akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda, yaitu 100 000
kali(hadis yang lojik dan selari dengan tuntutan Qur’an):
v
Hal itu sebagaimana
yang ditetapkan oleh Baginda Rasulullah SAW:
Dari Jabir R.A
sesunggunya Rasulullah SAW bersabda: “Shalat di tempat sujudku, lebih utama
seribu kali (dibandingkan) shalat di selainnya kecuali tempat sujud yang ada
larangan. Dan solat di tempat sujud yang ada larangan lebih utama seratus ribu
solat di selainnya.“
(HR: Imam Ahmad dan
Ibnu Majah, no. 1406. Hadits dishahihkan oleh Al-Mundziri dan Al-Bushoiry.
Al-Albany berkata: “Sanadnya shahih sesuai persyaratan Imam Bukhari dan Muslim,
Irwaul Ghalil, 4/146).
v
Tidak ada larangan
untuk melakukan shalat kapan pun, bahkan termasuk pada waktu-waktu yang
sebenarnya haram untuk melakukan shalat. Seperti pada saat matahari terbit,
terbenam atau pas di atas kepala.
Nabi Muhammad SAW
telah bersabda: Dari Jubair bin Muth’im bahawasanya Rasulullah SAW bersabda :
“Wahai Bani Abdi Manaf, janganlah kalian melarang seoranpun yang akan Tawaf
(mengelilingi tujuh kali) sekitar Ka’bah, dan seorang yang akan menunaikan solat
pada waktu malam atau siang.”
(HR :Imam Abu Daud
dan Nasa’i, dan Tirmidzi dan Ibnu Majah dan di shahihkan al-Albani).
3.
Haram Membawa Senjata
Di tanah Haram
Makkah, haram hukumnya membawa senjata. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Daripada Jabir bin
Abdillah RA, ia berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Tidak
diperbolehkan(Haram) bagi kalian membawa senjata di Makkah,” (H.R. : Imam Muslim)
*Jenis-jenis senjata
ditentukan oleh pemerintah Mekah dan Penjaga Masjdil-Haram
4.
Haram Menumpahkan Darah dan Mematahkan Tumbuhan
“….maka sejak itu
(negeri Makkah) haram dengan keharaman Allah hingga hari kiamat, duri-durinya
tidak boleh dipatahkan, binatang buruannya tidak boleh diusir (diganggu),
barang yang jatuh di Makkah tidak boleh diambil, kecuali untuk mencari
(pemiliknya), tumbuh-tumbuhannya tidak boleh ditebang…..,”
(H.R.S : Imam Bukhari
& Imam Muslim)
Seluruh umat islam
diperintah untuk memalingkan wajahnya ke arah Masjidil-Haram dimanapun berada,
hal ini di perkuat dengan surah Al-Baqarah, ayat 148 dan 150.
“Tiap-tiap
orang ada haluannya(Wijhatun) yang dia palingkan; maka berlumba-lumbalah kamu
dalam kebajikan. Di mana sahaja kamu berada, Allah akan datangkan kamu semua.
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. Dari mana sahaja kamu keluar,
palingkanlah muka kamu ke arah Masjidil Haram; ia adalah yang benar daripada
Pemelihara kamu, dan Allah tidak lalai daripada apa kamu buat. Dari mana sahaja
kamu keluar, palingkanlah muka kamu ke arah Masjidil Haram, dan di mana sahaja
kamu berada, palingkanlah muka kamu ke arahnya, supaya manusia tidak ada hujah
terhadap kamu, kecuali orang-orang buat kezaliman antara mereka; dan janganlah
takut pada mereka, tetapi kamu takutilah Aku, dan supaya Aku sempurnakan
rahmat-Ku ke atas kamu, dan supaya kamu dapat petunjuk.”
[Q.S. 2: 148-150]
Perintah ini hampir
sama darjatnya dengan perintah Allah yang lain seperti hal melakukan solat,
zakat, puasa, haji sebagai wujud hati yang terikat dan ingat kepada Allah dalam
segala hal duniawi ini.
IMAM SULUKEN