The Alien - Link Select

Ahad, 30 September 2012

AL-BAQARAH 230-236

Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia nikah dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikanya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk nikah kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. (QS. 2:230) Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir idahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka 145. Barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah ni'mat Allah kepadamu yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertaqwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 2:231) Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka nikah lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. 2:232) Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. 2:233) Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis masa 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS. 2:234) Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu 148 dengan sindiran 149 atau kamu menyembunyikan (keinginan menikahi mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji nikah dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf 150. Dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam harimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS. 2:235) Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. Dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. Yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. 2:236)

Rabu, 19 September 2012

SYIAH??? HARAM!!!

9 Kesesatan Syi’ah Imamiyah Menurut Syaikh Al Qardhawi DR Yusuf Al Qardhawi dalam Fatawa Mu'ashirah, menjelaskan 9 perbezaan tajam antara Ahlus Sunnah yang sederhana dengan Syiah Imamiyah Itsna Asy'ariah / 12 Imam. Berikut ini fatwa beliau: 1. Sikap Syiah terhadap Al Qur `an. Sikap mereka terhadap Al Qur `an seperti yang telah saya jelaskan berulang-ulang kali bahawa mereka tetap percaya dengan Al Qur` an yang kita hafal. Mereka berkeyakinan bahawa Al Qur `an adalah firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mushaf yang dicetak di Iran dengan mushaf yang dicetak di Mekah, Madinah dan Kaherah adalah sama. Al Qur `an ini dihafal oleh anak-anak Iran di sekolah-sekolah agama (madrasah / sekolah pondok) di sana. Para ulama Iran juga memetik dalil-dalil Al-Qur `an di dalam masalah pokok-pokok dan furu di dalam ajaran Syi'ah yang telah ditafsirkan oleh para ulama mereka di dalam kitab-kitabnya. Namun masih tetap ada di antara mereka yang berkata, "Sesungguhnya Al Qur` an ini tidak lengkap. Kerana ada beberapa Surah dan ayat yang dihilangkan dan akan dibawa oleh Al Mahdi pada saat dia muncul dari persembunyiannya. " Mungkin saja sebahagian besar ulama mereka tidak mempercayai hal ini. Malangnya mereka tidak mengkafirkan orang yang telah mengatakan hal di atas. Inilah sikap yang sangat berbeza dengan sikap Ahlu Sunnah, iaitu barangsiapa yang meyakini telah berlaku penambahan dan pengurangan terhadap Al Qur `an, maka dengan tidak ragu lagi, kami akan cap dia sebagai orang kafir. Padahal keyakinan seperti ini terdapat di dalam kitab-kitab rujukan mereka, seperti Al Kaafiy yang setanding dengan kitab Shahih Al Bukhari bagi Ahlu Sunnah. Kitab ini telah dicetak dan diterjemahkan lalu didistribusikan ke seluruh dunia tanpa ada penjelasan apa-apa di dalamnya. Ada pepatah di masyarakat, "Orang yang diam terhadap kebatilan, sama dengan orang yang memperkatakannya." 2. Sikap Syiah terhadap As Sunnah Definisi As Sunnah menurut Ahlu Sunnah adalah sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam yang telah dimaksum oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Dia perintahkan umat Islam untuk mentaati beliau di samping taat kepada-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Katakanlah," Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajipan Rasul (Muhammad) itu hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajipan kamu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, nescaya kamu mendapat petunjuk, "(Surah An-Nur [24]: 54). "Dan taatlah kepada Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat," (Surah An-Nur [24]: 56). "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kuasa) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeza pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), "(Surah An-Nisa [04]: 59). "Katakanlah (Muhammad)," Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahawa Allah tidak menyukai orang-orang kafir, "(QS Ali Imran [03]: 32). "Barangsiapa mentaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah taat kepada Allah. Dan sesiapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi penjaga mereka, "(Surah An-Nisa [04]: 80). "Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Quran itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), "(Surah An-Najm [53]: 3-4) dan ayat-ayat yang lain. Akan tetapi batasan As Sunnah menurut Syiah adalah sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan para imam mereka yang maksum. Maksudnya, sunnah merangkumi bukan hanya sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam melainkan juga sunnah kedua belas imam mereka. Imam mereka yang 12 orang tersebut wajib ditaati sebagaimana taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya yang dikuatkan dengan wahyu. Mereka telah menambah perintah Al Qur `an untuk taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya iaitu agar taat kepada makhluk yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala sendiri tidak memerintahkannya. Lebih dari itu, kita mengkritik Syiah kerana telah meriwayatkan sunnah dari orang-orang yang tidak tsiqah (dipercayai) kerana tidak memenuhi unsur keadilan dan kesempurnaan hafalan. Oleh kerana itu, kitab-kitab rujukan Ahlu Sunnah tidak diterima oleh mereka. Mereka tidak mahu menerima kitab Shahih Bukhari, Muslim dan Kutub Sittah yang lain, tidak mahu menerima kitab Al Muwatha, Musnad Ahmad dan kitab-kitab yang lain. 3. Sikap Syiah terhadap Para Sahabat Pandangan negatif mereka terhadap para sahabat merupakan pokok dan dasar ajaran Syiah. Sikap mereka itu adalah keturunan dari pokok ajaran mereka yang meyakini bahawa, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam telah berwasiat jika beliau wafat, maka Ali bin Abi Talib adalah pengganti beliau. Akan tetapi para sahabat menyembunyikan wasiat ini dan mereka merampas hak Ali ini secara zalim dan terang-terangan. Para sahabat telah berkhianat terhadap Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam yang menjadi wasilah mereka mendapatkan petunjuk dan mereka hidup di zaman beliau untuk menolongnya walaupun dengan nyawa dan segala yang mereka miliki. Yang menghairankan, apakah mungkin para sahabat bersekongkol untuk melakukan hal ini, sementara Ali Radhiyallahu 'Anh-sang pemberani-hanya boleh diam sahaja tidak berani mengumumkan haknya ini. Justeru Ali malah ikut membaiat Abu Bakar, Umar dan kemudian Uthman. Ali tidak berkata kepada salah seorang dari mereka itu, "Sesungguhnya aku mempunyai wasiat dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam. Akan tetapi, mengapa kamu bersikap seolah-olah tidak tahu? Mengapa kamu hanya berbincang dengan enam orang sahaja dan kamu menyibukkan diri kamu sendiri? Siapakah orangnya yang harus memilih sedangkan umat Islam telah menetapkan hal ini dengan wasiat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam? "Mengapa Ali tidak mahu menjelaskan hal ini? Kemudian, jika memang Al Hasan bin Ali benar-benar telah tercatat sebagai khalifah selepas Ali kerana ada wasiat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam, tapi mengapa justru Al Hasan mengalah dan memberikan jawatan khalifah ini kepada Mu'awiyah? Mengapa Al Hasan melakukan hal ini, padahal ini merupakan perintah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala? Dan mengapa justeru Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam di dalam hadisnya (hadis ramalan Rasulullah Shalallahu' Alaihi Wa Sallam) memuji sikap Al Hasan ini? Soalan ini tidak boleh dijawab sama sekali oleh mereka. Inilah tuduhan palsu mereka terhadap para sahabat yang tidak terbukti. Keterangan mereka ini sangat bertentangan dengan keterangan yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebutkan di dalam beberapa Surah Al Qur `an. Seperti di akhir Surah Al Anfal, Surah At-Taubah, Surah Al Fath di pertengahan di akhirnya, Surah Al Hasyr dan Surah-Surah yang lain. Demikian pula As Sunnah telah memuji para sahabat baik secara umum mahupun secara khusus. Juga zaman mereka itu dianggap sebagai sebaik-baik zaman setelah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam. Juga apa yang dicatat oleh sejarah tentang mereka. Mereka adalah orang-orang yang telah menghafal Al Qur `an dan dari mereka lah umat menukilnya. Mereka juga adalah orang-orang yang telah menukil As Sunnah dan menyampaikan apa yang mereka nukil dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam baik perkataan, perbuatan mahupun persetujuan beliau kepada umat ini. Mereka juga adalah orang-orang yang telah melakukan futuh (pembebasan negeri lain dengan damai) dan membimbing umat ini menuju tauhid Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan risalah Islam. Mereka juga telah mempersembahkan kepada bangsa-bangsa yang dibebaskannya contoh-contoh teladan Qur'an yang dijadikan sebagai panduan. 4.Imamah Ali dan Keturunannya yang Berjumlah 12 Imam Adalah Pokok Ajaran Syiah. Barangsiapa yang menolak, maka Dia dicap kafir. Di antara masalah akidah Syiah Imamiyah Itsna 'Asyariyah yang bertentangan dengan Ahli Sunnah adalah, keyakinan Syi'ah bahawa kepimpinan Ali dan keturunannya dari garis Husein merupakan pokok-pokok keimanan, seperti beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, beriman kepada para malaikat -Nya, beriman kepada kitab-kitab-Nya, beriman kepada para rasul-Nya dan beriman kepada hari akhir. Tidak sah dan tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala iman seorang muslim, jika dia tidak beriman bahawa Ali adalah khalifah yang dilantik oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Demikian juga halnya dengan 11 imam keturunan Ali bin Abi Talib. Sesiapa yang berani menolak hal ini atau doubt, maka dia adalah kafir yang akan kekal di neraka. Seperti inilah riwayat-riwayat yang terkandung di dalam Al Kaafiy dan kitab-kitab lain yang mengupas masalah akidah mereka. Atas dasar inilah, sebahagian besar kaum Syiah mengkafirkan Ahli Sunnah secara umum. Hal ini kerana akidah Ahlu Sunnah berbeza dengan akidah mereka (Syi'ah). Bahkan Ahlu Sunnah tidak mengiktiraf akidah seperti ini dan menganggap bahawa akidah ini adalah batil dan dusta atas nama Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya. Bahkan Syi'ah juga mengkafirkan para sahabat yang tidak mengakui imamah Ali Radhiyallahu 'Anh. Mereka juga mengkafirkan tiga orang khulafa rasyidin sebelum Ali iaitu Abu Bakar, Umar dan Uthman dan para sahabat lain yang menyokong ketiga orang khalifah ini. Kita ketahui bahawa semua para sahabat telah meridhai tiga khulafa rasyidin, termasuk Ali bin Abi Talib yang pada ketika itu Ali lah orang terakhir membaiat Abu Bakar. Kemudian Ali berkata, "Sesungguhnya kami tidak mengingkari keutamaan dan kedudukan anda wahai Abu Bakar. Akan tetapi kami dalam hal ini mempunyai hak kerana kami adalah kerabat (keluarga) Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam. "Akan tetapi Ali tidak menyebutkan bahawa Dia mempunyai nash wasiat dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya. Sedangkan kami Ahlu Sunnah menganggap bahawa masalah imamah dan yang berkaitan dengannya termasuk ke dalam furu 'dan bukan termasuk pokok-pokok akidah Islam. Masalah ini lebih baik dikaji di dalam kitab-kitab fiqh dan muamalah dan bukan dikaji di dalam kitab-kitab akidah dan pokok-pokok agama. Walaupun dengan sangat terpaksa para ulama Ahlu Sunnah membicarakan masalah ini di dalam kitab-kitab akidah untuk membantah seluruh ajaran Syiah di dalam masalah ini. Syaikh Muhammad 'Arfah, seorang anggota Lembaga Ulama Senior Al Azhar pada zamannya, telah menukil dari kitab-kitab akidah milik Syiah Imammiyah Itsna' Asyariyyah sebagai penguat apa yang kami ucapkan tentang mereka. Beliau berkata, "Jika kita mahu mengkaji kitab-kitab akidah milik orang-orang Syiah, maka kita akan mendapati adanya kesesuaian atas riwayat-riwayat yang mereka sampaikan. Kita pun boleh langsung menukil ajaran mereka yang kita anggap sebagai ajaran yang sangat berbahaya iaitu masalah imamah, ajaran mengkafirkan para sahabat dan tiga orang khulafa rasyidin. Mereka terus mengkafirkan kaum muslimin sejak Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam wafat sampai hari ini. Hal ini disebabkan kaum muslimin tidak pernah mengakui imamah Ali dan 12 imam mereka. Hal ini seperti yang kami kutip dari penghulu ahli hadis Abi Ja'far Ash-Shaduq Muhammad bin Ali bin Husein bin Babawaih Al Qummi yang meninggal dunia pada tahun 381 Hijrah yang merupakan ahli hadis kedua dari tiga ahli hadis (Syiah) yang juga dia itu adalah pengarang kitab yang berjudul, "Man La Yahdhuruh Al Faqih", salah satu kitab dari empat kitab rujukan Syiah di dalam masalah pokok-pokok ajaran mereka. Dia berkata, "Kami berkeyakinan pada orang-orang yang menolak imamah Ali bin Abi Talib dan seluruh imam selepas beliau adalah seperti orang-orang yang menolak nubuwah (kenabian) para nabi. Kami juga berkeyakinan bahawa orang-orang yang mengakui imamah Ali dan menolak satu dari imam selepas Ali adalah seperti orang-orang yang mengakui / beriman kepada para nabi akan tetapi mereka menolak Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam. "Dia juga berkata di dalam" Risalat al I'tiqadat ", bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda," Sesiapa yang menolak imamah Ali selepas aku (Rasulullah Shalallahu' Alaihi Wa Sallam), ertinya dia telah menolak kenabianku dan barangsiapa yang menolak kenabianku, ertinya dia telah menolak rububiyah Allah Subhanahu wa Ta'ala. " Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam telah bersabda, "Wahai Ali, sesungguhnya kelak setelah aku wafat, engkau itu akan dizalimi. Barangsiapa yang menzhalimimu, sama dengan dia telah menzalimi aku; sesiapa yang bersikap adil terhadapmu, sama dengan dia telah bersikap adil terhadap aku, dan sesiapa yang menentang, sama dengan menolak aku. " Imam Shadiq AS berkata, "Orang yang menolak imam terkini kami, sama dengan menolak imam pertama kami." Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Para imam selepas aku ini ada berjumlah dua belas orang. Imam yang pertama adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Talib AS, dan imam yang terakhir adalah Al Mahdi. Mematuhi kehendak mereka sama dengan mentaati aku dan bermaksiat kepada mereka sama dengan bermaksiat kepada aku. Barangsiapa yang menolak salah seorang dari mereka, sama dengan menolak aku. "Imam Shadiq berkata," Sesiapa yang meragukan tentang kekufuran musuh-musuh kami dan sikap zalim mereka terhadap kami, maka dia dianggap telah kafir. "[1] 5. Dakwaan Wasiat dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam untuk Ali Dakwaan adanya wasiat dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam untuk Ali menjadi khalifah selepas beliau meninggal dunia-seperti keyakinan syiah-sungguh telah merampas hak kaum Muslimin untuk memilih pemimpin dari kalangan mereka sendiri. Itulah wujud pengamalan terhadap perintah musyawarah yang telah dijadikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai ciri khas kaum muslimin, "Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka," (QS Asy Syura [42]: 38). Seolah-olah dengan adanya wasiat itu, umat Islam mundur selamanya, sehingga Allah Subhanahu Wa Ta'ala harus menentukan siapa orangnya yang berhak mengurus dan memimpin umat Islam. Juga diharuskan orang yang memimpin umat Islam ini datang dari rumah tertentu dan dari keturunan tertentu dari keluarga rumah ini. Padahal semua manusia adalah sama. Yang jelas bahawa yang berhak memimpin umat Islam adalah orang yang diterima (diredhai) oleh umat Islam dan dia mampu untuk memikul amanah ini dan menakhodai umat ini. Saya yakin jika Negara Islam yang dipersepsikan oleh Ahlu Sunnah adalah bentuk Negara Islam ideal yang telah digambarkan oleh Al Qur `an dan As Sunnah yang sahih. Iaitu sangat sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat dunia pada saat ini bahawa rakyat berhak menentukan nasibnya sendiri, tidak menganut teori negara teokrasi atau sebuah sistem yang mana negara dikuasai oleh pemerintahan berasaskan agama (tertentu) atas nama Kerajaan Langit yang membelenggu leher masyarakat dan hati nurani mereka . Semua lapisan masyarakat tidak kuasa atas diri mereka sendiri kecuali harus mengatakan, "Kami mendengar dan kami taat!" Keyakinan Syi'ah ini dibantah oleh takdir Allah, di mana Imam yang ke-12 mereka sedang bersembunyi, seperti yang mereka yakini. Akhirnya, umat manusia ditinggalkan tanpa imam maksum lebih dari 11 abad. Bagaimana mungkin Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan membiarkan umat manusia tanpa imam yang akan membimbing mereka? Ternyata mereka (orang-orang Syiah) berkata, "Kami masih mempunyai Al Qur` an dan As Sunnahuntuk membimbing kami "ketahuilah, justeru kami (Ahli Sunnah) sejak dahulu sudah mengatakan hal ini. 6. Penguasaan Kumpulan Tertentu atas Seluruh Umat Manusia Keyakinan orang-orang Syiah dibina atas dasar rasa penguasaan (merasa yang lebih) dari seluruh makhluk Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mereka merasa mempunyai kurnia yang sangat besar jika dilihat dari penciptaannya. Mereka ini berhak untuk mengatur orang lain walaupun mereka tidak memilihnya. Hal ini kerana telah menjadi keputusan langit. Pemikiran seperti ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam secara umum. Hal ini disebabkan seluruh manusia adalah sama seperti deretan sisir. Hanya ada satu Tuhan bagi seluruh umat manusia dan mempunyai nenek moyang yang sama iaitu Adam 'Alaihis Salam. Mereka semua diciptakan dari bahan yang sama, iaitu sperma. Oleh kerana itu, tidak ada rasa superioriti seorang manusia atas manusia yang lain kecuali dengan taqwanya. Hal ini seperti yang telah dijelaskan di dalam Al Quran, "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti, "(QS Al Hujurat [49]: 13). Sesungguhnya manusia itu diutamakan atas yang lain hanya kerana amal perbuatan, dan bukan kerana faktor keturunan. Sebab siapa yang amalnya lambat, maka titisannya tidak akan mempercepatkan langkahnya meraih redha-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Apabila sangkakala ditiup, maka tidak ada lagi pertalian keluarga di antara mereka pada hari itu (hari Kiamat), dan tidak (pula) mereka saling bertanya," (Surah Al Mu `minun [23]: 101). Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutkan bahawa yang akan menghukum umat manusia di hari Kiamat adalah Al Mizan yang tidak akan menzalimi seorang pun. Manusia lah yang memilih para pemimpin dalam rangka musyawarah. Manusia berbaiah kepada para pemimpin dengan syarat jangan melanggar batasan-batasan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan hak-hak manusia. Hanya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam saja satu-satunya orang yang dipilih oleh wahyu, "Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya," (Surah Al An'am [06]: 124). Selain beliau, hanya manusia biasa dan tidak dipilih oleh wahyu. Kemudian kenyataan sejarah menunjukkan bahawa orang-orang yang mengaku berhak menduduki sebuah jabatan kerajaan atas dasar nas (Al Qur `an / As Sunnah), ternyata mereka itu tidak menduduki jawatan apa-apa. Justeru mereka hidup seperti manusia pada umumnya (rakyat biasa), mendapatkan persamaan di dalam undang-undang. Kecuali Ali bin Abi Talib yang dibaiat oleh kaum Muslimin menjadi khalifah. Kerana jika dilihat dari sisi keilmuan, beberapa imam 'maksum' keturunan Ali tidak dikenali sebagai orang yang unggul kecerdasannya dan layak menjadi imam. Namun ada sebahagian dari keturunan Ali termasuk ke dalam tokoh besar di bidang fiqh, seperti Muhammad Al Baqir dan Ja'far Ash-Shadiq seperti imam-imam fiqh yang lain. 7. Penyebaran Bid'ah di Kalangan Syiah Di antara yang harus diperhatikan dari Syi'ah iaitu berlakunya penyebaran bid'ah yang mengandung kemusyrikan di kalangan para pengikut Syiah. Mereka menyembah kubur dan laman-laman web para imam dan syaikh mereka. Mereka berani bersujud ke kuburan, meminta pertolongan kepada ahli kubur dan berdoa meminta kebaikan untuk para peziarahnya dan supaya terbebas dari segala macam marabahaya. Menurut mereka bahawa para ahli kubur tersebut boleh mendatangkan manfaat dan bahaya, boleh membuat miskin dan kaya seseorang dan boleh membuat seseorang senang mahupun sengsara. Saya (Syaikh Yusuf Al Qardhawi) pernah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana para penziarah kubur Imam Ridha bersujud sambil merangkak ke arah kuburan beliau dari jarak sepuluh meteran. Tentu hal ini boleh terjadi kerana kerelaan dan anjuran dari para ulama Syiah. Hal ini berbeza dengan perilaku orang-orang awam Ahlu Sunnah pada saat mereka melakukan ziarah ke kuburan para wali dan Ahlul Bait yang kedapatan berkelakuan menyimpang dan bid'ah. Akan tetapi, perilaku ini ditolak keras oleh para ulama Ahlu Sunnah. Inilah perbezaan yang mendasar antara kami (para ulama Ahlu Sunnah) dengan mereka (para ulama Syiah). Iaitu para ulama Ahlu Sunnah mengecam perilaku mungkar yang dilakukan oleh orang-orang awam. Bahkan ada sebahagian para ulama Ahlu Sunnah yang mengkafirkan perilaku orang-orang awam ini. Akan tetapi perilaku mungkar dan syirik yang dilakukan oleh orang-orang awam Syiah adalah diredhai dan mendapat sokongan dari para ulama mereka. 8. Syi'ah Melakukan Distorsi Sejarah Sesungguhnya Syi'ah telah memburuk-burukkan para sahabat, tabiin, dan para pengikut mereka. Juga mereka berani mengubah alur sejarah umat Islam sejak zaman yang paling baik (zaman Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya dan generasi selepas ini). Iaitu zaman terjadinyafutuh (pembebasan negeri dengan cara damai) dan kemenangan gilang gemilang serta berbondong-bondongnya umat manusia masuk Islam. Juga terbangunnya kebudayaan yang merujuk kepada ilmu pengetahuan, iman dan akhlak juga umat Islam ini mempunyai sejarah yang sangat gemilang. Sekarang umat Islam cuba untuk bangkit kembali dengan cara berkaca kepada sejarahnya, menyambungkan masa sekarang dengan zaman dahulu. Menjadikan kemuliaan para pendahulu umat Islam sebagai figur untuk menggalakkan generasi muda kini untuk maju dan jaya. Sedangkan sejarah orang-orang Syiah dipenuhi dengan kegelapan. Inilah yang mendorong saya untuk menulis sebuah buku berjudul, "Tarikhuna Al Muftara 'Alayhi"-Sejarah Kita yang diselewengkan-. Buku ini mengupas sejarah yang benar dan membantah semua tuduhan busuk orang-orang Syiah. Buku saya ini membuat orang-orang Syi'ah gerah. Kemudian salah seorang Syi'ah menulis sebuah buku membantah buku saya ini. Dia berkata, "Yusuf Al Qardhawi ini Wakil Allah Subhanahu Wa Ta'ala atau Wakil Bani Umayyah?" [2] 9. ajaran Taqiyyah Di antara ajaran Syiah yang berkaitan dengan akhlak adalah menjadikan Taqiyyah sebagai dasar dan pokok ajaran di dalam berinteraksi dengan orang lain. Mereka selalu melakukan Taqiyyah, iaitu menampakkan sesuatu yang berbeza dengan yang ada di dalam hati. Mereka itu mempunyai dua wajah. Wajah yang pertama dihadapkan ke sekumpulan orang dan wajah yang lain dihadapkan ke kelompok yang satunya lagi. Mereka juga mempunyai dua lidah. Mereka berdalih dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, "Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barangsiapa berbuat demikian, nescaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali kerana (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka, "(QS Ali Imran [03]: 28). Akan tetapi, dengan sangat jelas ayat menerangkan bahawa dibolehkannya Taqiyyah adalah pada saat kecemasan yang memaksa seorang muslim harus melakukan hal ini (Taqiyyah) kerana takut dibunuh atau ada bahaya besar yang mengancamnya. Keadaan seperti ini masuk ke dalam pengecualian, seperti firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, "Barangsiapa yang kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman," (Surah An-Nahl [16]: 106). Pengecualian ini tidak boleh dijadikan sebagai acuan di dalam bermuamalah. Hal ini (Taqiyyah) boleh dilakukan pada saat kecemasan, yang mana keadaan darurat boleh menghalalkan sesuatu yang terlarang. Akan tetapi tetap perlu dihitung secara cermat. Bagi orang lain yang tidak terpaksa, tidak boleh melakukan hal ini. Kerana sesuatu yang terjadi atas dasar pengecualian tidak boleh dikiaskan. Akan tetapi Syiah Imamiyah menjadikan Taqiyyah ini sebagai asas di dalam muamalah mereka kerana para imam mereka membenarkan hal tersebut. Dari Ja'far As Shadiq bahawa dia telah berkata "Taqiyyah adalah agamaku dan agama leluhurku." Ibnu Taimiyyah berkata mengulas ucapan ini, "Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menyucikan Ahlul Bait dari hal ini dan mereka tidak memerlukan Taqiyyah. Kerana mereka adalah orang-orang yang paling jujur dan paling beriman. Oleh kerana itu, agama mereka adalah Taqwa dan bukan Taqiyyah. "[3] __________________________________ [1] Padahal semua ini adalah hadis-hadis palsu yang dibuat oleh mereka sendiri. [2] Buku ini ditulis oleh seorang Syi'ah asal Mesir yang bernama Dr. Ahmad Rasim An Nafis. [3] Lihat kitab Al Muntaqa min Minhajil I'tidal, karya Imam Adz Dzahabi hal. 68

Selasa, 4 September 2012

BULAN-BULAN ISLAM???

Orang Arab memberi nama bulan-bulan ini dengan melihat keadaan alam dan masyarakat pada masa-masa tertentu sepanjang tahun. la diterima pakai hingga sekarang. Berikut adalah maksud bagi nama-nama bulan dalam Islam: Muharam: Ertinya yangdiharamkan atau menjadi pantang larang. Dinamakan Muharam kerana pada bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Safar: Ertinya kosong. Penamaan Safar terjadi kerana pada bulan itu, semua orang lelaki Arab zaman dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga dan berperang sehingga pemukiman mereka tiada orang lelaki. Rabiul Awal: Ertinya berasal dari kata Rabi' (menetap) Awal (pertama). Masa kembalinya kaum lelaki yang telah meninggalkan rumah atau merantau. Pada bulan ini juga berlaku banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Rabiul Akhir: Ertinya masa menetap kaum lelaki di rumah untuk tempoh penghabisan. Jamadil Awal: Ertinya Jumadi (kering) dan Awal (pertama). Bulan ini merupakan awal musim kemarau, apabila masalah kekeringan mula terjadi. Jamadil Akhir: Ertinya musim kemarau yang penghabisan. Rejab: Ertinya mulia. Ini kerana bangsa Arab masa dulu sangat memuliakan bulan ini antaranya dilarang berperang. Sya'aban: Ertinya berkelompok. Orang Arab pada bulan ini lazimnya berkelompok mencari nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini adalah perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Kaabah (Baitullah). Ramadan: Ertinya sangat panas. Bulan ini merupakan satu-satunya bulan yang tersebut dalam al-Quran, satu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian dan pelbagai keistimewaan, Syawal: Ertinya kebahagiaan, iaitu kembaiinya manusia ke daiam fitrah (kesucian) selepas menunaikan puasa dan membayar zakat fitrah serta salingnbermaaf-maafan. Itulah maksud membahagiakan. Zulkaedah: Ertinya Zul (pemilik) dan Kaedah (duduk). Bulan ini merupakan waktu istirehat bagi kaum leiaki Arab dahulu. Mereka menikmatinya dengan beristirehat di rumah mereka. Zulhijjah: Ertinya menunaikan haji. Umat Islam menunaikan haji pada bulan ini, sejak nabi Adam A.S menunaikan ibadah haji.

Isnin, 3 September 2012

QUR'AN ???

(They are) those who obey Allah and His Messenger after the wound (in the battle of Uhud). For those who do good deeds and fear no great reward. (Qur'an 3:172) (They are) the ones (who obey Allah and His Messenger) that to them there are those who say: "'The people have gathered against attack you, so fear them", but increased their faith and their said: "Allah is sufficient as our Master and God is the best protector". (Qur'an 3:173) So they returned with Grace and Bounty (large) from Allah, they do not get any disaster, they followed the pleasure of Allah. And Allah is of Infinite Bounty. (Qur'an 3:174)