TERIMA KASIH KERANA MELUANGKAN MASA UNTUK MEMBACA DAN BERFIKIRLAH DENGAN TENANG DAN RASA TERBUKA HATI DAN MINDA. MARI KITA SAMA-SAMA MENCARI KEBENARAN ITU DAN BUKTIKAN SEMUA PERKARA, PEGANG DENGAN KUKUH MANA YANG BENAR.
TERUSKANLAH…”
Lambang salib ini bukan berasal dari agama Kristian atau dari peristiwa Jesus disalibkan. Jesus disalibkan dalam keadaan telanjang bulat . Ada ramai orang telah disalibkan sebelum dan selepas Jesus. Jesus dikatakan dipakaikan mahkota duri dan tubuhnya juga dibelit dengan akar dan daun berduri. Askar Pilatos Pilate menyangka Jesus hendak menjadi raja Israel, maka sebab itulah Jesus diejek dengan mahkota berduri tersebut.
Hanya setelah Maharaja Constantine melihat lambang salib dalam mimpi barulah lambang ini digunakan sebagai lambang Kristian. Maharaja Rome ini baru beragama Kristian. Sebelum itu Maharaja Constantine menyembah dewa Apollo. Palang salib adalah juga lambang dewa Apollo. Palang ini digunakan pada mata wang dan cop kerajaan Rome sehingga beliau mati. Minatnya lebih kepada dewa matahari dan bukan faktor mimpi menyebabkan beliau menggunakan lambang palang salib.
Di Muzium Iskandariah, Mesir tersimpan sebuah palang salib bagi agama orang Mesir. Palang salib ini bermaksud hidup baru sebab dipalangkan.
Di Ireland, ditemui palang salib tua dengan patung manusia disalibkan. Tetapi orang yang disalibkan itu ialah Penguasa Farsi dan bukan Jesus yang disalibkan. Ini kerana mahkota yang dipakai menyerupai mahkota Raja Farsi dan bukan mahkota duri yang dipakaikan kepada Jesus.( Matius 27:29). Palang salib adalah lambang agama Mithra di Farsi dan telah digunakan berabad-abad lamanya di sana.. Di Ireland dan Chester banyak terdapat tanda-tanda agama ini.
Orang Kristian telah mengunakan kekuatan pedang dan api bagi melenyapkan agama matahari. Hypatia iaitu seorang guru agama matahari telah dibunuh dan perpustakaan Alexanderia / Iskandariah telah dibakar. Hakikatnya segala pengajaran dan adat istiadat agama matahari dibawa masuk ke dalam agama gereja.
Dahulu orang Kristian menggunakan tiga macam salib iaitu huruf T, salib Andreas , bentuk X dan salib Rome + . Salib Jesus sekarang ini 'barangkali' dipengaruhi oleh salib bangsa Rome.
Mulanya orang Kristian menggunakan lambang 'ikan sungai' sebagai lambang agama Kristian. Kubur -kubur orang Kristian abad pertengahan menggunakan lambang 'ikan sungai'. Injil tidak memberi sebarang sebab penggunakan labang 'ikan sungai' kecuali Jesus dikatakan pernah makan 'ikan'.
Orang Kristian dari golongan 'Saksi-Saksi Yehuwa' tidak mengakui Jesus mati dibunuh di palang salib . Mereka menyatakan Jesus mati tergantung di sebuah tiang sahaja yang disebut 'tiang siksa' , tidak di atas kayu salib yang berbentuk palang.
Orang Islam sebagaimana Al Quran menyatakan Jesus atau Nabi Isa gagal ditangkap untuk disalibkan. Sebaliknya malaikat telah membawanya ke langit. St Barnabas dalam Injil Barnabas menyatakan orang yang yang disalib itu ialah Judas Iscariot.
WHO IS PAUL?
Paulus adalah nama pertama yang popular. Nama ini berasal dari Paulos (bahasa Yunani). Dalam bahasa Latin, Paulus adalah nama belakang keluarga, tidak pernah menjadi nama depan. Dalam bahasa Inggris, Paulus disebut Paul.
Beberapa orang penting yang menggunakan nama Paulus:
Paulus dari Tarsus atau yang dikenal dengan Santo Paulus. Awalnya ia bernama Saulus. Setelah mengalami peristiwa rohani, ia mengganti namanya menjadi Paulus dan menjadi salah satu rasul penting dalam penyebaran Injil.
Paulus juga digunakan sebagai nama pilihan dari beberapa paus dari agama Katolik:
Paus Paulus I
Paus Paulus II
Paus Paulus III
Paus Paulus IV
Paus Paulus V
Paus Paulus VI
Paulus dari Rusia, seorang Tsar.
Paulus dari Yugoslavia, seorang pangeran dari Yugoslavia pada era 1930-an.
WHO IS PAUL (GOD DAMN HIM)?
Paulus dari Tarsus (awalnya Saulus dari Tarsus) atau Rasul Paulus, (3 Masehi–67 Masehi) diakui sebagai tokoh penting dalam merumuskan ajaran Yesus. Paulus digambarkan dalam Perjanjian Baru sebagai Yahudi yang berkebudayaan Yunani (helenis) dan warga Roma dari Tarsus (sekarang Turki). Mulanya ia seorang penganiaya orang Kristen (saat itu bernama Saulus), dan sesudah pengalamannya berjumpa Yesus di jalan menuju kota Damaskus, ia berubah menjadi seorang pengikut Yesus Kristus (Kis. 9).
Dia membuat usaha yang luar biasa melalui surat-suratnya kepada komunitas non-Yahudi untuk menunjukkan bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus adalah untuk semua orang, bukan hanya orang Yahudi. Gagasan Paulus ini menimbulkan pertikaian antara dirinya dengan murid-murid Yesus, terutama Petrus dan Yakobus, yang percaya bahwa untuk menjadi pengikut Yesus, orang-orang yang bukan Yahudi haruslah pertama-tama menjadi Yahudi terlebih dulu (lih. Gal. 2:11-14). Untuk menyelesaikan konflik ini, diadakanlah persidangan di Yerusalem (Kis. 15), yang disebut sebagai Sidang Sinode atau Konsili Gereja yang pertama.
Konsili ini menghasilkan beberapa keputusan penting, misalnya:
untuk menikmati karya penyelamatan Yesus, orang tidak harus menjadi Yahudi terlebih dahulu
orang-orang Kristen yang bukan berasal dari latar belakang Yahudi tidak diwajibkan mengikuti tradisi dan pantangan Yahudi (mis. hal-perihal tentang sunat dan memakan makanan yang diharamkan).
Paulus mendapat mandat untuk memberitakan Injil ke daerah-daerah berbahasa Yunani.
Paulus dijadikan seorang Santo (orang suci) oleh seluruh gereja yang menghargai santo, termasuk Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Anglikan, dan beberapa denominasi Lutheran. Dia berbuat banyak untuk kemajuan Kristen di antara para orang-orang bukan Yahudi, dan dianggap sebagai salah satu sumber utama dari doktrin awal Gereja, dan merupakan pendiri kekristenan Paulin (kekristenan bercorak Paulus). Surat-suratnya menjadi bagian penting Perjanjian Baru. Banyak yang berpendapat bahwa Paulus memainkan peranan penting dalam mendirikan agama Kristen sebagai agama yang berbeda, dan bukan sebagai sekte dari Yudaisme.
Paulus adalah orang Ibrani asli dan pengikut aliran paling keras, yaitu dari golongan Farisi. Hal ini bukan hanya memberi dampak yang mendalam atasnya, tapi juga memberi kebanggaan yang besar karena . Ia telah mendapat pengajaran dibawah pengawasan Gamaliel, dan telah berkembang lebih maju daripada kebanyakan temannya sezaman dalam soal agama Yahudi.
Surat-surat Paulus bukan hanya menjadi alat komunikasi antara dirinya dengan komunitas-komunitas Kristen perdana, melainkan juga sebagai uraian teologisnya. Menurut para ahli Perjanjian Baru, yang tergolong dalam surat-surat Paulus adalah:
Surat Galatia
Surat 1 dan 2 Korintus
Surat Efesus
Surat Filipi
Surat Kolose
Surat Filemon
Surat 1 dan 2 Tesalonika
Surat Roma
Beberapa surat lainnya seringkali dipercayai berasal dari Paulus juga, seperti Surat 1 dan 2 Timotius dan Surat Titus, namun para ahli Perjanjian Baru juga menduga surat-surat itu ditulis oleh orang lain, kemungkinan adalah para pengikut Paulus.
Tiap usaha untuk merumuskan bagaimana sifat yang sebenarnya dari agama Yahudi pada abad pertama, seperti yang dikenal Paulus itu, menghadapi banyak kesukaran. Sebab banyak dari bahan yang dimiliki tentang agama Yahudi diambil dari sumber-sumber yang kemudian. Agama Yahudi yang dipimpin para rabi memang memiliki banyak akar yang kuat pada abad pertama. Tapi bentuk-bentuknya yang lebih maju baru timbul pada zaman yang lebih kemudian daripada zaman Paulus. Lagi pula dalam ajaran Yahudi sendiri terdapat pengaruh-pengaruh Helenisme, teristimewa di luar Yudea. Bahkan juga di Palestina sendiri muncul kecenderungan-kecenderungan yang menampakkan beberapa sinkretisme di antara gagasan Yahudi dan Helenisme, seperti yang disaksikan oleh naskah Laut Mati.
Tidak mungkin untuk menghargai beberapa dari corak yang menguasai teologia Paulus, tanpa menunjuk kepada ketegangan-ketegangan yang ada dalam pikiran Paulus sebelum ia bertobat. Agama Yahudi pada hakekatnya adalah agama legalistis (berdasarkan perbuatan) dalam pendekatannya. Bahwa Paulus dikecewakan sekali di bawah sistem itu terang dari sikapnya, jika ia menunjuk kepada pengalamannya yang telah lalu. Ia tahu bahwa pembenaran oleh amal tidak mungkin, karena ia sendiri telah mengalaminya sebagai hal yang tidak mungkin. Namun agama Yahudi adalah pencarian tentang pembenaran, dan tidak ada sistem keagamaan yang akan pernah dapat memuaskan jiwa Paulus, yang tidak menawarkan alat-alat yang cocok untuk mendapatkan kebenaran itu. Barangkali inilah (lebih daripada konsep tunggal lain yang mana pun), yang disumbangkan oleh latar belakang Yahudinya pada perkembangan teologia Paulus.
Suatu corak lain dari pendekatan keagamaan Paulus adalah besarnya pengaruh Perjanjian Lama atas dia. Sekalipun dalam banyak hal ia memakai naskah Septuaginta (LXX), namun pada hakekatnya caranya menggunakan Kitab-kitab Perjanjian Lama adalah cara Yahudi. Dalam hal ini bertentangan dengan Filo dari Alexandria, yang menafsirkan sejarah Alkitab secara alegoris. Tapi Paulus melihat pernyataan Allah pada perbuatan-perbuatan-Nya dalam sejarah.
Sebagai Yahudi, Paulus kuat kepercayaannya kepada Allah yang satu dan benar. Lebih dari itu ia memiliki keyakinan tentang kekudusan Allah. Dalam agama Yahudi kepercayaan ini memimpin kepada transendentalisme, tapi dalam teologia Kristen Paulus tidak ada persoalan tentang Allah yang jauh. Allah didekatkan di dalam Yesus Kristus. Tapi tidak dapat diragukan bahwa bagi konsepsinya yang mulia tentang Allah, Paulus banyak berhutang kepada warisan Yahudinya.
Pandangan Paulus tentang Allah dipengaruhi sekali oleh Perjanjian Lama dan oleh kepercayaan Yahudi yang konsekuen. Pandangan itu pada hakekatnya juga sama dengan yang terdapat dalam ajaran Yesus. Pandangannya tentang Allah tinggi, tapi ia tidak mengikuti kesalahan orang Yahudi sezamannya, yang menjadikan Allah jauh sekali (transendentalisme). Konsepnya tentang Allah dikuasai oleh gagasan tentang kasih karunia, yaitu kebaikan Allah yang bukan berdasarkan kelayakan manusia. Paulus tidak pernah dapat melepaskan diri dari gagasan, bahwa seluruh proses keselamatan itu adalah inisiatif Allah dan tidak tergantung pada usaha manusia. Ia tahu benar kasih Allah di dalam Kristus dan tidak pernah jemu untuk mengucapkan hal itu.
Yesus Kristus sendiri senantiasa berpatokan kepada Perjanjian Lama sedangkan monotheisme adalah dasar dan inti Perjanjian Lama. Perjanjian Lama tidak menulis bahwa Allah yang Esa terdiri atas tiga pribadi yang berbeda. Klimaks Perjanjian Lama adalah Allah sendiri yang telah turun ke bumi untuk melaksanakan penyelamatan dunia dalam rupa Mesias yang ilahi, Manusia Ilahi, tangan Tuhan. - TO BE CONTINUE...
Sekarang kita sudah tahu siapa Paul yang mengubah Injil itu. terpulanglah pada anda untuk menilai sam ada ikut Jesus yang pada hakikatnya menyebarkan Islam seperti mana Nabi musa (moses) a.s.... ataupun ikut ajaran Paul dan Gereja. berfikirlah...
TERIMA KASIH SEKALI LAGI. KERANA TERUS MEMBACA SEHINGGA TAMAT. SEMOGA APA YANG KITA BACA TADI MEMBERI IKTIBAR DAN PENJELASAN YANG BAIK DAN BERFAEDAH BUAT KITA. SEGALANYA HANYA DALAM PENGETAHUAN ALLAH SWT, TUHAN SEKALIAN ALAM INI JUA.
2 ulasan:
Alasan Orang Kristen Sejati Tidak Menggunakan Salib dalam Ibadat
SALIB dipuja dan dihormati oleh jutaan orang. Encyclopædia Britannica menyebut salib sebagai ”lambang utama agama Kristen”. Meskipun demikian, orang Kristen sejati tidak menggunakan salib dalam ibadat. Mengapa?
Satu alasan penting ialah karena Yesus Kristus tidak mati pada salib. Kata Yunani yang umumnya diterjemahkan menjadi ”salib” adalah stau‧ros′, yang pada dasarnya berarti ”sebuah tiang pancang atau tonggak yang lurus”. The Companion Bible mengatakan, ”[Stau‧ros′] tidak pernah berarti dua batang kayu yang dipasang bersilangan dengan sudut tertentu . . . Bahasa Yunaninya [dalam Perjanjian Baru] bahkan tidak menyiratkan dua batang kayu.”
Dalam beberapa ayat, para penulis Alkitab menggunakan kata lain untuk alat yang mengakibatkan kematian Yesus, yaitu kata Yunani xy′lon. (Kisah 5:30; 10:39; 13:29; Galatia 3:13; 1 Petrus 2:24) Kata itu sekadar berarti ”kayu” atau ”sebuah tongkat, pentung, atau pohon”.
Ketika menjelaskan mengapa hanya sebuah tonggak yang sering digunakan untuk melaksanakan hukuman mati, buku Das Kreuz und die Kreuzigung (Salib dan Penyaliban), karya Hermann Fulda, menyatakan, ”Di tempat yang dipilih untuk melaksanakan hukuman mati di depan umum, tidak selalu ada pohon. Maka, sebuah balok kayu biasa ditancapkan ke tanah. Tangan dan kadang-kadang juga kaki si terdakwa direntangkan di sepanjang tiang lalu diikat atau dipakukan pada tiang itu.”
Tetapi, bukti yang paling meyakinkan berasal dari Firman Allah. Rasul Paulus mengatakan, ”Dengan membeli kita, Kristus melepaskan kita dari kutuk Hukum dengan menjadi orang yang dikutuk menggantikan kita, karena ada tertulis, ’Terkutuklah setiap orang yang digantung pada sebuah tiang [”kayu”, Terjemahan Lama; ”pohon”, King James Version].’” (Galatia 3:13) Di ayat itu, Paulus mengutip Ulangan 21:22, 23, yang jelas-jelas menyebutkan sebuah tiang, bukan salib. Dengan dihukum mati pada alat seperti itu, si terdakwa menjadi ”orang yang dikutuk”. Maka, patung Kristus yang dipakukan tidak pantas dijadikan hiasan di rumah seorang Kristen.
Tidak ada bukti bahwa selama 300 tahun setelah kematian Kristus orang yang mengaku Kristen menggunakan salib dalam ibadat. Tetapi, pada abad keempat, Kaisar Konstantin yang kafir berganti agama ke Kekristenan yang sesat dan memasyarakatkan salib sebagai lambang Kristen. Apa pun motif Konstantin, salib tidak ada hubungannya dengan Yesus Kristus. Faktanya, salib berasal dari kekafiran. New Catholic Encyclopedia mengakui, ”Salib terdapat dalam kebudayaan pra-Kristen maupun non-Kristen.” Berbagai narasumber lain menghubungkan salib dengan penyembahan alam dan upacara seks kekafiran.
Maka, mengapa lambang kafir itu diagungkan? Tampaknya, agar orang kafir lebih mudah menerima apa yang mereka sebut Kekristenan. Tetapi, pemujaan lambang kafir apa pun jelas-jelas dikutuk oleh Alkitab. (2 Korintus 6:14-18) Alkitab juga melarang semua bentuk penyembahan berhala. (Keluaran 20:4, 5; 1 Korintus 10:14) Maka, orang Kristen sejati mempunyai alasan yang kuat untuk tidak menggunakan salib dalam ibadat.
Kebenaran tentang Bapak, Putra, dan Roh Kudus
MENURUT para penganut ajaran Tritunggal, Allah terdiri dari tiga pribadi—Bapak, Putra, dan Roh Kudus. Masing-masing dikatakan setara, mahakuasa, dan tidak berawal. Karena itu, menurut doktrin Tritunggal, Bapak adalah Allah, Putra adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah, namun hanya ada satu Allah.
Banyak penganut Tritunggal mengakui bahwa mereka tidak dapat menjelaskan ajaran ini. Tetapi, menurut mereka, ajaran ini ada dalam Alkitab. Patut diperhatikan bahwa kata ”Tritunggal” sama sekali tidak ada dalam Alkitab. Meskipun demikian, apakah gagasan Tritunggal terdapat di dalamnya? Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita lihat sebuah ayat yang sering dikutip oleh para pendukung Tritunggal.
”FIRMAN ITU ADALAH ALLAH”
Yohanes 1:1 mengatakan, ”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Terjemahan Baru) Kemudian, di ayat lain dalam pasal yang sama, rasul Yohanes dengan jelas menunjukkan bahwa ”Firman itu” adalah Yesus. (Yohanes 1:14) Tetapi, karena Firman itu disebut Allah, ada yang menyimpulkan bahwa sang Putra dan sang Bapak pastilah bagian dari Allah yang sama.
Ingatlah bahwa ayat ini semula ditulis dalam bahasa Yunani. Belakangan, para penerjemah mengalihbahasakan teks Yunani itu ke bahasa-bahasa lain. Namun, sejumlah penerjemah Alkitab tidak menggunakan frasa ”Firman itu adalah Allah”. Mengapa tidak? Karena berdasarkan pengetahuan mereka tentang bahasa Yunani yang digunakan untuk menulis Alkitab, mereka menyimpulkan bahwa frasa ”Firman itu adalah Allah” seharusnya tidak diterjemahkan demikian. Jadi, bagaimana? Berikut ini beberapa contoh, ”Logos [Firman] itu ilahi.” (A New Translation of the Bible) ”Firman itu suatu allah.” (The New Testament in an Improved Version) ”Firman itu bersama Allah dan sama kodratnya.” (The Translator’s New Testament) Menurut terjemahan-terjemahan tersebut, Firman bukan Allah itu sendiri. Tetapi, karena kedudukannya yang tinggi di antara makhluk-makhluk ciptaan Yehuwa, Firman itu disebut ”suatu allah”. Di sini, kata ”allah” berarti ”pribadi yang perkasa”.
Catat Ulasan