tag:blogger.com,1999:blog-6928794408074778429.post7841765799528717239..comments2023-12-09T00:58:02.903-08:00Comments on IN THE NAME OF ALLAH, MOST GRACIOUS, MOST MERCIFUL: ASAL-USUL SALIBIMAM MUHAMMAD JIBRIL AL-KHAIRhttp://www.blogger.com/profile/06808113118843491913noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-6928794408074778429.post-1192207123882884312011-11-05T17:41:09.565-07:002011-11-05T17:41:09.565-07:00Kebenaran tentang Bapak, Putra, dan Roh Kudus
MENU...Kebenaran tentang Bapak, Putra, dan Roh Kudus<br />MENURUT para penganut ajaran Tritunggal, Allah terdiri dari tiga pribadi—Bapak, Putra, dan Roh Kudus. Masing-masing dikatakan setara, mahakuasa, dan tidak berawal. Karena itu, menurut doktrin Tritunggal, Bapak adalah Allah, Putra adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah, namun hanya ada satu Allah.<br />Banyak penganut Tritunggal mengakui bahwa mereka tidak dapat menjelaskan ajaran ini. Tetapi, menurut mereka, ajaran ini ada dalam Alkitab. Patut diperhatikan bahwa kata ”Tritunggal” sama sekali tidak ada dalam Alkitab. Meskipun demikian, apakah gagasan Tritunggal terdapat di dalamnya? Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita lihat sebuah ayat yang sering dikutip oleh para pendukung Tritunggal.<br />”FIRMAN ITU ADALAH ALLAH”<br />Yohanes 1:1 mengatakan, ”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Terjemahan Baru) Kemudian, di ayat lain dalam pasal yang sama, rasul Yohanes dengan jelas menunjukkan bahwa ”Firman itu” adalah Yesus. (Yohanes 1:14) Tetapi, karena Firman itu disebut Allah, ada yang menyimpulkan bahwa sang Putra dan sang Bapak pastilah bagian dari Allah yang sama.<br />Ingatlah bahwa ayat ini semula ditulis dalam bahasa Yunani. Belakangan, para penerjemah mengalihbahasakan teks Yunani itu ke bahasa-bahasa lain. Namun, sejumlah penerjemah Alkitab tidak menggunakan frasa ”Firman itu adalah Allah”. Mengapa tidak? Karena berdasarkan pengetahuan mereka tentang bahasa Yunani yang digunakan untuk menulis Alkitab, mereka menyimpulkan bahwa frasa ”Firman itu adalah Allah” seharusnya tidak diterjemahkan demikian. Jadi, bagaimana? Berikut ini beberapa contoh, ”Logos [Firman] itu ilahi.” (A New Translation of the Bible) ”Firman itu suatu allah.” (The New Testament in an Improved Version) ”Firman itu bersama Allah dan sama kodratnya.” (The Translator’s New Testament) Menurut terjemahan-terjemahan tersebut, Firman bukan Allah itu sendiri. Tetapi, karena kedudukannya yang tinggi di antara makhluk-makhluk ciptaan Yehuwa, Firman itu disebut ”suatu allah”. Di sini, kata ”allah” berarti ”pribadi yang perkasa”.Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6928794408074778429.post-33385888996907833922011-11-05T17:36:47.181-07:002011-11-05T17:36:47.181-07:00Alasan Orang Kristen Sejati Tidak Menggunakan Sali...Alasan Orang Kristen Sejati Tidak Menggunakan Salib dalam Ibadat<br />SALIB dipuja dan dihormati oleh jutaan orang. Encyclopædia Britannica menyebut salib sebagai ”lambang utama agama Kristen”. Meskipun demikian, orang Kristen sejati tidak menggunakan salib dalam ibadat. Mengapa?<br />Satu alasan penting ialah karena Yesus Kristus tidak mati pada salib. Kata Yunani yang umumnya diterjemahkan menjadi ”salib” adalah stau‧ros′, yang pada dasarnya berarti ”sebuah tiang pancang atau tonggak yang lurus”. The Companion Bible mengatakan, ”[Stau‧ros′] tidak pernah berarti dua batang kayu yang dipasang bersilangan dengan sudut tertentu . . . Bahasa Yunaninya [dalam Perjanjian Baru] bahkan tidak menyiratkan dua batang kayu.”<br />Dalam beberapa ayat, para penulis Alkitab menggunakan kata lain untuk alat yang mengakibatkan kematian Yesus, yaitu kata Yunani xy′lon. (Kisah 5:30; 10:39; 13:29; Galatia 3:13; 1 Petrus 2:24) Kata itu sekadar berarti ”kayu” atau ”sebuah tongkat, pentung, atau pohon”.<br />Ketika menjelaskan mengapa hanya sebuah tonggak yang sering digunakan untuk melaksanakan hukuman mati, buku Das Kreuz und die Kreuzigung (Salib dan Penyaliban), karya Hermann Fulda, menyatakan, ”Di tempat yang dipilih untuk melaksanakan hukuman mati di depan umum, tidak selalu ada pohon. Maka, sebuah balok kayu biasa ditancapkan ke tanah. Tangan dan kadang-kadang juga kaki si terdakwa direntangkan di sepanjang tiang lalu diikat atau dipakukan pada tiang itu.”<br />Tetapi, bukti yang paling meyakinkan berasal dari Firman Allah. Rasul Paulus mengatakan, ”Dengan membeli kita, Kristus melepaskan kita dari kutuk Hukum dengan menjadi orang yang dikutuk menggantikan kita, karena ada tertulis, ’Terkutuklah setiap orang yang digantung pada sebuah tiang [”kayu”, Terjemahan Lama; ”pohon”, King James Version].’” (Galatia 3:13) Di ayat itu, Paulus mengutip Ulangan 21:22, 23, yang jelas-jelas menyebutkan sebuah tiang, bukan salib. Dengan dihukum mati pada alat seperti itu, si terdakwa menjadi ”orang yang dikutuk”. Maka, patung Kristus yang dipakukan tidak pantas dijadikan hiasan di rumah seorang Kristen.<br />Tidak ada bukti bahwa selama 300 tahun setelah kematian Kristus orang yang mengaku Kristen menggunakan salib dalam ibadat. Tetapi, pada abad keempat, Kaisar Konstantin yang kafir berganti agama ke Kekristenan yang sesat dan memasyarakatkan salib sebagai lambang Kristen. Apa pun motif Konstantin, salib tidak ada hubungannya dengan Yesus Kristus. Faktanya, salib berasal dari kekafiran. New Catholic Encyclopedia mengakui, ”Salib terdapat dalam kebudayaan pra-Kristen maupun non-Kristen.” Berbagai narasumber lain menghubungkan salib dengan penyembahan alam dan upacara seks kekafiran.<br />Maka, mengapa lambang kafir itu diagungkan? Tampaknya, agar orang kafir lebih mudah menerima apa yang mereka sebut Kekristenan. Tetapi, pemujaan lambang kafir apa pun jelas-jelas dikutuk oleh Alkitab. (2 Korintus 6:14-18) Alkitab juga melarang semua bentuk penyembahan berhala. (Keluaran 20:4, 5; 1 Korintus 10:14) Maka, orang Kristen sejati mempunyai alasan yang kuat untuk tidak menggunakan salib dalam ibadat.Anonymousnoreply@blogger.com