Ahad, 26 Ogos 2012

Selasa, 14 Ogos 2012

TEKNIK WASILAH TERAGUNG???

MENOLAK ANGGAPAN “SYIRIKLAH ORANG BEROBAT KE MURSYID”, DAN JARAK ANTARA LILLAH DENGAN ILAIHI ROOJI’UUN Disajikan di hadapan peserta Seminar Internasional I dengan tema: “MENGOBATI PENYAKIT ALAM DAN MANUSIA DENGAN METODE METAFISIK DAN TASAWWUF ISLAM” tanggal 11 September 2005 di UNIVERSITAS HALUOLEO Kendari – Sulawesi Tenggara oleh : H.A . TJIPTOHARDJONO Abstract There are some people who don’t know the essence of getting back health because of some disease by someone through asking help from a so-called “Wali Mursyid”. They quickly accuse him having done syirik (denying the Oneness and Almighty of Allah). Actually they don’t know that the most effective and efficient way of being free from any kind of disease is going back to The Holy Qur’an and Hadits (pictures of Mohammed’s, p.b.u.h, every-day life). Various Saying of Allah in Al Qur’an, and many of our Prophet’s preaches show that every moslem should have a firm belief in Allah’s Almighty in helping everybody to get back his health from any kind of disease. Meanwhile the writer wants to acknowledge all of the seminar participants, that the distance between the moment someone is born, becomes sick, wealthy, etc. until he dies, becomes healthy, poor again, etc. can be measured. Through the beating of his heart and pulses of his veins we can measure such a distance, i.e. through the length of each pulse-wave. The reader will be informed all of what the writer have stated through following this article entitled: “DENYING THE ASSUMPTION: “SOMEONE WHO WANTS TO GET BACK HIS HEALTH BECAUSE OF SOME DISEASE THROUGH ASKING HELP FROM A SO-CALLED WALI MURSYID, HAS DONE SYIRIK”. The writer hopes for all participants’ feeling of satisfaction. Apakah yang dimaksud dengan “Penyembuhan dengan Metode Tasawwuf Islam”? Penyembuhan penyakit dengan motode tasawwuf Islam adalah penyembuhan yang dilakukan sesuai dengan ajaran kaum sufi yang dipercaya khalayak ramai memiliki kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit. Karena seorang sufi berhati-nurani yang suci / bersih dari segala noda dosa nafsu maksiat, dan mampu melaksanakan pengobatan penyakit, maka pelaksanaan pengobatan itu tentu berdasarkan penymbuhan nabawi, yaitu penyembuhan menurut wahyu Nabi BesarMuhammad SAW yang tak lain melainkan berdasarkan Al Qur’an dan As-Sunnah. Dasar pijak penyembuhan itu antara lain: Sabda-sabda Rasulullah SAW yang dapat diartikan: (a) Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan juga menurunkan obatnya”. (b) “Allahlah yang dapat mengobati. Yang lebih tepat, engkau (yang mengaku dapat mengobati) adalah rafiq (pendamping / perantara), sedangkan yang mengobati adalah Yang Menciptakan (penyakit itu).” (c) “Berobat wahai hamba-hamba Allah, karena Allah Ta’ala tidak menciptakan penyakit, melainkan juga menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit saja, yaitu penyakit tua.” (d) Setiap penyakit ada obatnya. Jika ada obat suatu penyakit, maka orang yang sakit akan sembuh hanya dengan izin Allah Azza wa Jalla.” (e) Obat juga termasuk takdir. Ia bermanfaat bagi siapa pun yang dikehendakiNYA dengan apa pun yang dikehendakiNYA.” Secara eksplisit, tidak ada di antara firman-firman Allah SWT yang secara jelas menyatakan: “Akulah yang kuasa menurunkan penyakit, dan hanya Akulah yang kuasa menyembuhkan penyakit itu”. Namun demikian, dalam firman Allah yang dapat diartikan: *(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, berucap: “Sesungguhnya (segala sesuatu) berasal dari Allah, dan sesungguhnya kepada Allahlah (segala sesuatu) kembali” (Al Baqarah, 156) tersimpul sabda Rasulullah di atas, karena bukankah musibah itu mempunyai beribu ragam ujud, antara lain sakit?. Dan bukankah kalimatullah: “Inna lillaahi wa inna Ilaihi roji’uun” mengandung makna bahwa sembuhnya penyakit hanya karena izin Allah SWT? Selanjutnya, marilah kita kaji lebih mendalam pengobatan dengan metode tashawwuf Islam. Seperti yang penulis kemukakan di atas, pengobatan dengan metode tashawwuf Islam bersifat nabawi, yaitu menurut wahyu Nabi Besar Muhammad SAW. Pengobatan itu sendiri terdiri dari dwitunggal lahiriyah – ruhaniah. Pengobatan lahiriah sebagai sarana, dapat berujud urutan, pijatan dan berujud jamu untuk diminum yang kesemuanya diiringi sarana rohaniah yang berujud doa permohonan pertolongan dan ridho Allah SWT. Kesembuhan penyakit dapat dipercepat apabila dibantu oleh penderita sendiri, yaitu dengan modal iman, keyakinan, sabar, tawakkal, shalat, dzikrullah dan do’a. Iman adalah modal vital bagi kehidupan seorang muslim, karena dengan iman, seorang muslim tidak mudah tergiur oleh bujuk rayu syaithon dan tidak mempan akan berbagai macam sihir. Keyakinan bahwa shufi yang mengobati adalah benar-benar mendapat bimbingan dan tuntunan Allah SWT dan merupakan perpanjangan Tangan Penyembuh Allah Ar Rahman. Sikap sabar mencakup hati yang ikhlas menerima musibah sakit, lebih-lebih jika si sakit mampu merasakan sakit sebagai anugerah dan bukan sebagai siksaan. Sikap tawakkal mengandung makna berserah diri kepada kehendak Yang Mahakuasa. Sholat merupakan manifestasi ati’ullah, dan kesadaran akan ketidak-berartian dan ketidak-berdayaan diri terhadap Kemaha-akbaran dan Kemahaperkasaan Al Khalik. Di samping shalat fardhu, penyembuhan dapat pula dipercepat dengan melaksanakan shalatu’llail secara istiqomah. Dzikrullah adalah melafalkan asma’ul husna secara berulang-ulang berupa bisikan dan lebih utama lagi apabila dzikrullah dilakukan oleh qolbunya. Menurut pendapat penulis dzikrullah tidak hanya melafalkan asma’ul husna secara berulang-ulang, tetapi juga melafalkan istighfar, karena ada kemungkinan bahwa musibah sakit yang diterima seseorang merupakan akibat perbuatan dosa tertentu. Adapun lafal dzikrullah yang banyak dianjurkan adalah tahlil: “Laa ilaaha illallah” dan tasbih: “Subhanallahi wa’lhamdulillahi wa laa ilaha illallahu Allahu Akbar”. Do’a mengandung makna “memohon”, yaitu memohon kepada Allah Ar Rahmaan Ar Rahiim. Permohonan orang yang sakit adalah permohonan akan kesembuhan dan kebebasan dari derita sakit itu. Yang dilafalkan dalam berdoa adalah ayat-ayat Al Qur’an yang bernuansa permohonan. Di dalam buku Pedoman Dzikir dan Do’a karangan Prof. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy terdapat do’a-do’a untuk orang sakit yang pernah diamalkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW ketika menjumpai orang sakit. Mengingat adanya kemungkinan peserta seminar mengamalkan do’a-do’a itu, maka penulis menuliskannya bahasa Arab, transliterasinya, dan artinya secara lengkap sbb Allahuma Rabbannaas adzhibilba’sa, isyfi Antasysyafii, la syifaa’ailla syifaa’uka syifaa’an laa yughaadiru saqaman.. Yaa Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah, Engkaulah Penyembuh. Tak ada penawar (sakit) kecuali penawarMu, penawar yang menghabiskan sakit dan penyakit Imsakhilba’sa rabbannaas. Biyadika sysyifaa’u Laa ka syifalahuu illa Anta. Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia. Di tanganMU-lah kesembuhan. Tak ada yang (mampu) menghilangkan penyakit, kecuali Engkau sendiri. Allahumma Rabbannaasi madzibalba’si, isyafi Antasysyafii. Laa syafii illa Anta syifaa’an laa yughaadiru saqamaan. Yaa Allah, Tuhan manusia yang menghilangkan penyakit, sembuhkanlah. Engkaulah Penyembuh. Tak ada yang menyembuhkan kecuali Engkau. Sembuh yang tidak meninggalkan sakit lagi. Allahumma asyfi ...... (baca 3 x) Yaa Allah, sembuhkanlah … Do’a-do’a mengobati orang sakit: As’alullahal ‘adziim, Rabbal ‘arsyil ‘adhiiman yasfiyaka Saya mohon kepada Allah yang Mahabesar, Tuhan Yang Mempunyai Arasy yang besar, akan menyembuhkan engkau. Bismillaahi arqiika min kullissuu’i.yu’adziika min syarrikulli nafsin au’aini khaasidin Allahu yasyfiika bismillahi arqiika. Dengan nama Allah, saya jampikan engkau dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kejahatan segala jiwa atau mata pendengki, Allah menyembuhkan engkau. Dengan Asma Allah saya menjampikan engkau. Bismillaahirrahmaanirrahiim. U’iidzukabillaahil akhhadishshomadilladzii lam yaalid wa lam yuulad wa lam yakullahuu kufuwan akhadammin syarrimaa tajiid. Dengan nama Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapengasih. Saya lindungkan engkau dengan Allah Yang Esa, Yang dituju oleh segala makhluk, Yang tiada beranak dan tiada diperanakkan dan tiada seorang pun menyamaiNYA – dari kejahatan yang engkau derita ini. Dari cuplikan do’a dan jampi qur’ani di atas dapat disimpulkan bahwa Allah Yang Mahatunggallah satu-satunya Dzat Mahatinggi yang memiliki Kuasa menyembuhkan segala macam penyakit. Itulah yang diamalkan para shufi dalam menolong orang sakit. Dzikir dan do’a tersebut diatas merupakan obat rohaniah. Akan diperlukannya obat jasmaniah, para shufi yang melakukan penyembuhan Nabawi, mengamalkan apa yang dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad SAW. Pengobatan jasmaniah yang konon pernah diamalkan Nabi Muhammad SAW antara lain adalah: (1) Hijamah, (2) Habbatus-sauda’, (3) Madu, (4) Talbinah, (5) Itsmid, (6) Kam’ah, (7) Udul-hindy, (8) Air kencing onta & air susunya, (9) Wahyu Ilahi. Ad (1) Hijamah adalah pengobatan sedot darah menggunakan kop gelas. Ad (2) Nama lain yang mirip dengan habbatus-Sauda’ adalah al karawiyah as-sauda’, Al kamoun al aswad; asysyuniz; black cumin; kerosene; coal oil; carazna. Ad (3) Jelas. Ad (4) Tallinah (?) Ad (5) Nama latinnya: truffle, sejenis cendawan / jamur. Al Kam’ah berada di bawah tanah permukaan tanah tanpa harus ditanam, tidak memiliki daun, batang, ataupun cabang. Banyak tumbuh di jazirah Arab, Syam, Mesir, sebagian daratan Eropa, terutama Itali, dan Perancis. Ad (6) Disebut juga Qusthul-Bahry, adalah tumbuhan dari keluarga ginger (jahe), yang sudah kita kenal. Semua bahan penyembuh di atas digunakan berkhasiat berdasarkan sabda Nabi Besar SAW dan / atau firman Allah SWT. Seperti khasiat madu, misalnya, terkandung dalam ayat 69, surat An Nahl, yang dapat diartikan: “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (ke-Mahakuasaan Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” Rasulullah SAW pernah bersabda antara lain: “Kalaulah dalam kesulitan di antara obat-obat kalian ada kesembuhan, maka hal itu ada pada minum madu atau sayatan alat hijamah atau sundutan dengan api, tapi aku tidak suka sundutan.”(Shahih al Bukhary, 5702). Kiranya perlu diingat bahwa para shufi (ahli tashawwuf) yang mengamalkan pengobatan Nabawi tidak pernah mengatakan bahwa kesembuhan para penderita berbagai penyakit yang ditangani beliau-beliau berkat keterampilan beliau, melainkan karena Tangan Penyembuh Allah SWT. Shufi berderajat paling tinggi adalah MURSYID atau WALI QUTUB, yang jelas-jelas merupakan pewaris ilmu Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga menjadi kekasih Allah SWT, dan menjadi kepanjangan Tangan Penyembuh segala penyakit manusia, baik jasmani maupun rohani, bahkan penyakit alam semesta. Subhanallah! Para penderita sakit yang datang kepada beliau dengan harapan sembuh dari bermacam penderitaan, tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka bahwa Wali Qutub itulah penyembuh sebenarnya, karena mereka sadar bahwa berpikiran demikian sama saja dengan menduakan Tuhan, dan mengingkari sumpah sakral mereka: “Asyhadu an laa ilaha illallah”, sehingga mereka bukanlah golongan musyrikin. Subhanallaah! Hanya orang-orang yang berucap: “Saya sembuh karena dukun si Fulan / si Fulanah, mantri Anu, dokter Anu, dsb.” atau “Karena saya telah berziarah ke makam Embah Fulan / Fulanah, maka penderitaan saya terkikis habis”, mereka itulah golongan musyrikin. Na’udzubillahi min dzalik! Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa memohon penyembuhan kepada MURSYID / Wali Qutub atas dasar iman akan ke-Mahakuasa-an Allah menyalurkan Kuasa PenyembuhanNYA melalui Wali Qutub BUKANLAH berlaku syirik. Jarak antara Lillaah dan Ilaihi Roji’uun. Secara umum dianggap bahwa kalimat: “Inna lillahi wa inna Ilaihi Rooji’uun” hanya ditujukan kepada orang yang meninggal dunia. Pada hal kalimat yang tersimpul dalam ayat 156 surat Al Baqarah itu merupakan ucapan seseorang yang tertimpa musibah, untuk menunjukkan bahwa ia termasuk orang yang sabar dan tawakkal, sedang kita tahu bahwa bentuk musibah adalah bermacam ragam, dan tidak melulu berupa kematian. Konotasi derita kalimat itu pun sebenarnya tidak hanya pas untuk kematian, melainkan juga pada kecelakaan, sakit, kesulitan hidup, bahkan kekayaan sekalipun! Mengapa kekayaan dapat dianggap sebagai musibah? Menurut pendapat penulis kekayaan dapat merupakan musibah, jika dengan datangnya kekayaan, seseorang bisa saja berubah menjadi congkak, sombong takabur, terkikis rasa cinta sesamanya, bahkan menjadi bencana jika dengan kepemilikan harta melimpah itu menjadi penutup imannya kepada Allah SWT., lebih-lebih lagi, jika harta yang melimpah itu diperolehnya dengan melalui laku syirik, dengan pertolongan syaithon atau seseorang yang menjadi kepanjangan tangan iblis yang merupakan musuh utama manusia. Kepemilikan harta dapat juga merupakan ujian Allah akan iman dan taqwa pemiliknya. Tetap teguhkah, bahkan makin teguhkah orang yang mendapat limpahan harta itu, ataukah akan menjadi berguguranlah iman dan tawakkalnya? Berapa jarak antara saat turunnya musibah / ujian lillaah dengan saat berakhirnya musibah / ujian ilaihi rooji’uun? Biasanya orang mengatakan: “Sakitnya si Fulan / Fulanah cukup lama, lebih kurang setengah tahun” atau “Ia meninggal pada usia 65 tahun” Lama waktu demikian, menurut penulis, dapat ditransformasi ke panjang jarak. Dalam kinematika atau ilmu gerak, antara waktu kecepatan dan jarak pada gerak lurus beraturan, yaitu gerak dengan kecepatan tetap, terdapat suatu relasi yang dirumuskan sebagai st (jarak yang ditempuh sesudah t satuan waktu) = υ (kecepatan) x t (waktu) (jarak = kecepatan dikalikan waktu) ( s = υ x t ). Jarak yang sangat jauh, seperti jarak antara planet, diberi satuan tahun cahaya, yang didasarkan pada kecepatan cahaya sebesar 300.000 km/detik. Jadi, misalnya ada bintang yang berjarak 1 tahun cahaya dari bintang lain, maka jarak kedua bintang itu = 365 x 24 x 60 x 60 x 300.000 km = 9.460.800.000.000 km. Bagaimanakah mengukur jarak antara “lillaah dan ilaihi rooji’uun” dalam satuan panjang, jadi bukan satuan waktu, dapat diukur melalui detak jantung atau denyut nadi. Mengapa? Karena denyut nadi, menurut penulis, dapat diidentikkan dengan pulsa, sedang pulsa adalah identik dengan getaran, jadi identik dengan gelombang. Yang menjadi pertanyaan ialah, apakah denyut nadi yang disebabkan oleh detak jantung, identik dengan pulsa yang disebabkan oleh gelombang atau getaran elektronik, ataukah getaran cahaya? Kita mulai dengan gelombang cahaya. Menurut para ahli, getaran cahaya adalah jenis getaran selaras (harmonis), yang merupakan proyeksi dari gerak melingkar beraturan. Karena getaran cahaya merupakan proyeksi gerak melingkar beraturan, maka getaran cahaya melibatkan apa yang disebut kecepatan sudut gerak melingkar beraturan yang dilambangkan dengan ω (baca “omega”). Antara ω, frekwensi getaran υ (baca “nu”), dan periode T terdapat hubungan: 2π/ω = T = 1/υ. Misalkan simpangan maksimal gelombang sebarang, disebut juga amplitudo, kita lambangkan dengan A, sudut fase dengan φ, dan simpangan gelombang = q, maka pada q, A dan φ terdapat hubungan: q = A cos (ωt + φ), dengan t = 1/T. Dengan substitusi kedalam relasi getaran harmonis di atas kita peroleh relasi: q = A cos (2 πt/T + φ) = A cos (πvt + φ). Dengan melakukan differensiasi (penurunan) simpangan q terhadap t, kita dapatkan kecepatan gelombang getaran harmonis υ, yaitu dq/dt = - Aω sin (ωt + φ). Kecepatan itu tergantung dari besar kecilnya ω, sedang φ sendiri tergantung dari besar ω, karena φ adalah sudut antara jari-jari arah (radius arah) pada saat t dengan sumbu X+. Makin besar ω, makin besar ωt, yang mengakibatkan makin kecilnya φ. υ itu maksimal, jika sin (ωt + φ) maksimal negatif, yaitu -1. Mengingat bahwa kecepatan getaran harmonis cahaya demikian besar, 300.000 km/det., maka kita dapat membayangkan betapa besar frekuensi getaran itu. Kalau penulis tidak salah, denyut nadi manusia yang sehat dan sedang beristirahat adalah 20/menit = 1/3 denyut / detik, yang sangat jauh di bawah frekuensi getaran cahaya. Bagaimana halnya dengan getaran gelombang elektromagnetik? Seperti kita ketahui frekuensi elektromagnetik dinyatakan dengan satuan Hertz. VHF atau Very High Frequence yang sering kita jumpai pada alat-alat elektronik mempunyai arti adanya frekuensi paling tidak 100 juta atau 108 Hertz. Katakan bahwa frekuensi itu terjadi setiap detik, maka frekuensi denyut nadi pun jauh di bawah frekuensi elektro magnetik. Perlu diketahui bahwa sebenarnya denyut nadi bukanlah gelombang atau getaran selaras. Kecuali itu, denyut nadi di pergelangan tangan tidak sama dengan denyut nadi di nadi batang leher samping, dalam hal frekuensinya., Denyut itu terjadi karena kembang kempisnya bilik jantung yang mendorong darah mengalir ke seluruh tubuh. Menurut para ahli, dorongan itu memberikan kecepatan aliran darah sebesar beberapa meter tiap detik. Kecepatan arus darah itu jelas lebih tinggi dari kecepatan gelombang denyut nadi. Pergelangan tangan. Misalkan denyut nadi pergelangan tangan mempunyai panjang gelombang 1 mm, maka cepat rambat gelombang denyut nadi pergelangan tangan adalah 1/3 mm/detik, atau 20 cm/menit, atau 1,2 m/jam, atau 28.8 m/hari. Jadi kalau ada orang yang mendapat cobaan sakit selama sebulan, maka jarak antara lillaah dan ilaihi rooji’uun adalah 864 m. Jarak antara lillaah dan ilaihi rooji’uun bagi orang yang meninggal pada usia 100 tahun adalah 100 x 365 x 28,8 m = 1.051.200 m, atau 1.051,2 km. Itulah analisis penulis tentang konversi jarak antara lillaah dengan ilaihi rooji’uun dari satuan waktu ke satuan panjang. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi peserta. Amiin! DAFTAR PUSTAKA AIMAN BIN ABDUL FATTAH-Asy-Syifa’min Wahyi Khatamil Anbiya’ (Alih Bahasa: Kathur Suhardi: PENGOBATAN DAN PENYEMBUHAN menurut Wahyu Nabi – Dar Ash-Shahifah – Jakarta – 2005. KRONIG r. Prof. Dr. – Leerboek der Natuurkunde – Scheltema & Holkema’s Boekhandel & Uitgevers Maatschappij N.V. Amsterdam – 1951 LABIB MZ, UST. – Rahasia Ilmu Tashawwuuf – Bintang Usaha – Surabaya – 2001 OEMAR BAKRY, H – Tafsir Rahmat – Mutiara Jakarta – 1983.

AYAHANDA ALIF ABDUL MUTALIB Q.S 2012???

"TIDAK KU JADIKAN JIN DAN MANUSIA MELAINKAN UNTUK BERIBADAH KEPADA-KU"


Isnin, 13 Ogos 2012

TEKNIK T2W ???


Teknik Tali Wasilah ( Episode teknik T2W )
Episode berikut ini Quantum Illahi menyampaikan suatu pertanyaan yang mungkin agak unik bagi pembaca, namun sebenarnya pertanyaan itu yang sering penulis tanyakan dalam diri penulis sebelum mengenal T2W. Penulis dulu selalu menganggap Allah SWT adalah DZAT yang sudah tidak boleh dipikirkan, dipertanyakan atau dibantah sekalipun. Penulis merasakan kebingungan nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan atau ALLAH SWT.

Apabila tidak dibantu dengan T2W, mungkin pertanyaan di “judul” diatas sampai detik ini tidak akan terjawab dan tidak memuaskan hati penulis dalam bertemu kepada Allah SWT. Sebelum menjawab pertanyaan di atas marilah kita renungkan kembali dengan mendalam, bijaksana dan ikhlas beberapa firman dan hadits Rasulullah di bawah ini.

(HR. Bukhori dari Abu Hurairah ra.)
Barang siapa memusuhi seorang Wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya, dan apabila Hamba-Ku menghampirkan diri kepada-Ku dengan suatu amalan yang lebih Aku cintai dari hanya sekedar mengamalkan apa-apa yang telah kuwajibkan atasnya, kemudian ia terus menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan yang nawafil (yang baik-baik), hingga Aku mencintainya, maka apabila ia telah Kucintai, adalah Aku pendengarnya bila ia mendengar, dan Akulah penglihatannya bila melihat, dan Akulah tangannya bila ia mengambil (melakukan sesuatu), dan Akulah kakinya bila ia berjalan, demi jika ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan permohonannya, dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku pastilah Aku lindungi dia.

Q.S. AL FATHU, Ayat 10 :
Artinya : Sesungguhnya orang – orang yang berjanji teguh dengan engkau (Muhammad) sebenarnya mereka berjanji teguh dengan Allah.Tangan Allah diatas tangan mereka (Wajah Allah diatas wajah mereka)
(HR. Abu Daud)
Tak dapat memuat Zat-KU, Bumi dan Langit-Ku, yang dapat memuat Zat-KU ialah hati hamba-KU yang mu’min, lunak dan tenang

(HR. Bukhori dari Abu Hurairah ra.)
wajahKU (ALLAH SWT) ada di wajahNYA (Kekasih ALLAH SWT)

Kenapa pertanyaan itu wajib dijawab oleh semua umat dalam beribadah? Tidak mungkin setiap manusia yang dhohir dan harus disadari dalam diri kita bahwa kita mempunyai sifat-sifat berlawanan 180o dengan sifat-sifat Allah SWT yang MAHA-MAHA SEMPURNA dan MAHA-MAHA SEGALANYA. Silahkan direnungkan kembali secara mendalam teori vektor yang diterang oleh PhD Student (Ahni Totok) tentang T2W. Kisah Isra’ mikraj saja diceritakan Rasulullah Muhammad SAW ditraining oleh malaikat jibril sejak baligh hingga usia 53 tahun, Rasullah diijinkan bertemu langsung dengan Allah SWT untuk menerima perintah Sholat 5 waktu.

Penulis mengkritik diri sendiri, bahwa sebelum mengenal T2W hanya meniru Nabi Muhammad bin Abdullah setelah diangkat menjadi Rasulullah (simak kisah mencontoh dokter pada awal-awal tulisan Quantum Illahi). Kalau diibaratkan kita seperti melakukan karnaval sewaktu penulis di SD, SMP dan SMA yang menjadi “dokter” hanya sebatas “baju” dan “penampilan saja”. Isi dokter sama sekali KOSONG.

Penulis berharap pembaca berkenan merenungkan dalam-dalam makna dalam proses kita berkomunikasi dengan ALLAH SWT terutama untuk menjawab pertanyaan di judul episode ini “Allah SWT itu apanya yang diingat?” Untuk menjawabnya Quantum Illahi akan mengulas pada episode berikut dengan maksud pembaca untuk merenungkan benar-benar pertanyaan tersebut dalam beberapa masa ke depan sebagai progress report/kemajuan kita dalam bermunajad kepada Allah SWT?

Kita mensyukuri semua ayat Allah SWT yang diciptakan di alam semesta ini supaya kita lebih paham dengan keinginan ALLAH SWT. Insya allah kita menjadi hamba yang pandai bersyukur. Berikut saya mengulang-ulang ayat alam yang mungkin bisa membantu menjawab pertanyaan di atas. (Menyadur dari penjelasan Guru Besar Sufi dan Ilmuwan Prof. Dr. Haji Syaidi Syekh Kadirun Yahya Muhammad Amin)

Air Gula
Air tidaklah pernah manis selama dunia terkembang, namun dimana saja kita jilat air gula itu, detik itu juga manisnya gula yang terasa, bukannya manisnya Air, karena si Air adalah beserta dengan si Gula,. Karena si Air adalah pengantarnya LANGSUNG, bukan perantara; namun keduanya tidak bersyarikat, begitu Air Gula dipanaskan, airnya akan terbang, Gulanya akan tertinggal, dan Gula tidak akan menjadi Air selama dunia terkembang, hanya keduanya adalah sangat rapat terhampir.

Api dan Besi
Begitu juga Api dengan Besi, yang membakar adalah api, bukan besi, namun kemana saja si Besi dihampirkan, detik itu juga langsung si Api membakar.
Api dengan Besi tidak bersyarikat, Api adalah Api, Besi adalah Besi ( Ferrum rumusnya) Api tidak ada Rumusnya karena Api adalah ENERGI, dan Api tidak akan menjadi Besi, atau sebaliknya, Besi tidak akan jadi Api, dan Api dan Besi tidak bersyarikat satu sama lain, hanya sangat rapat berhampir.

Kawat dan Listrik
Begitu juga kawat dengan Listrik yang berdaya guna adalah listrik bukan kawat, namun kemana saja dicucukkan si Kawat, Langsung si Listrik yang bekerja, dimana saja kita sentuh di kawat, langsung si Listrik yang menggigit, bukan si kawat, Kawan dengan Listrik tidak bersyarikat, hanya sangat berhampir atau saling beserta; apabila dimatikan kontaknya listrik hilang entah kemana, Kawatnya yang tinggal, tanpa mampu mengeluarkan Daya apa apa lagi dan Listrik tak akan menjadi kawat, dan kawat tidak akan menjadi Listrik , karena Listrik bukan Kawat.
Penulis belajar menyambung kembali pertanyaan yang unik dan penulis sendiripun tidak pernah memikirkannya sebelum mengenal T2W.
Sambungan dari judul “Allah itu apanya yang diingat” mudah-mudahan kita semakin jelas dari perenungan kita dengan bijaksana.

Sebenarnya kata ingat itu adalah kata yang mudah bagi manusia untuk merekan sesuatu, yaitu dengan otak dan pikir. Namun dimensi Allah SWT adalah dimensi yang tak terhingga, sehingga tidak mungkin cukup dijangkau oleh otak sehingga. Kata yang benar untuk bertemu dengan ALLAH adalah “rabith” yaitu
menggabungkan Rohani kita dengan ROHANI YANG MAHA MENANG yaitu ROHANI RASULULLAH MUHAMMAD SAW yang sampai detik ini tidak pernah MATI (KEKAL ABADI).

Dua kalimat syahadat adalah teori dasar dalam mengaplikasikan Allah SWT dan Rasulullah Muhammad sebagai Kekasihnya yang tidak terpisahkan. Permasalahannya adalah setelah Rasul tidak ada Rasul tetapi yang adalah Ulama pewaris ilmu rasulullah yang mempunyai kualitas Kerohanian yang tidak pernah lepas dari Radar Rohani Rasulullah yang diwadahkan dalam praktek QS AL-MAIDAH 35.
Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. 5:35) "TIDAK KU JADIKAN JIN DAN MANUSIA MELAINKAN UNTUK BERIBADAH KEPADA-KU"

Khamis, 9 Ogos 2012

LAILATULQADAR ???


Hari ini, bangun sahur- puasa yang ke 20,  macam biasa sahur nasi, kari ayam malam Lailatulqadar semakin menghampiri, 10 malam terakhir dan malam-mala ganjil Sabda Rasulullah SAW... kena cari ni, semoga bertemu malam yang lebih baik dari 1000 bulan ini...  Insyallah.  Semoga Allah beri rahmat-Nya.  Esok masuk hari Jumaat, mana tau malam ni Lailatulqadar... kena bangun malam ni, insyallah... start aa iktikaf kat masjid... sebelum tu mari kita lihat  hadis-hadis nabi tentang malam yang penuh rahmat dan berkat ini...

Rasulullah s.a.w. sendiri menjadi contoh yang baik yang menghayati malam Lailatul Qadar terutama 10 malam yang akhir daripada bulan Ramadhan dengan beriktikaf di Masjid mengerjakan pelbagai amal ibadah untuk menyambut malam Lailatul Qadar yang mulia.

 Ini diterangkan di dalam satu hadis diriwayatkan daripada Aishah r.a. Katanya yang maksudnya: “Biasanya Rasulullah s.a.w. berusaha dengan bersungguh-sungguh memperbanyakan amal ibadah pada 10 malam yang akhir daripada bulan Ramadhan berbanding dengan masa yang lain.”

 Hadis yang diriwayatkan daripada Aishah r.a. yang maksudnya: “Saya pernah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. bagimana kiranya saya mengetahui malam Lailatul Qadar dengan tepat. Apa yang saya akan doakan pada saat itu. Baginda menjawab berdoalah dengan doa yang berikut” yang maksudnya: “Ya Allah ya Tuhanku sesungguhnya engkau sentiasa memaafkan salah silap hamba lagi suka memaafkan oleh itu maafkanlah salah silapku.”

 Bukan mudah orang biasa seperti aku untuk mencari Malam Lailatul Qadar yang tepat kerana itu adalah Rahsia ALLAH SWT supaya umat manusia berusaha bersungguh mencari Malam Lailatul Qadar. Hanya ada satu Tips Pasti Berjumpa Malam Lailatul Qadar iaitu dengan beramal bersungguh-sungguh pada setiap malam 10 yang akhir di bulan Ramadhan dengan memperbanyakkan Qiamulail, Berzikir, Membaca Al Quran dan Berdoa memohon keampunan dan keredhaan ALLAH SWT.

Firman Allah, "Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Quran ini pada malam al-Qadar. Apakah yang kebesaran yang terdapat pada malam al-Qadar? Malam al-Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Pada Malam itu, para malaikat dan Jibril turun dengan izin Tuhan mereka kerana membawa segala perkara yang ditakdirkan berlaku pada tahun berikutnya. Sejahteralah malam itu hingga terbit fajar." (al-Qadr:1-5)

 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, "Sesiapa berdiri (solat) pada malam al-Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim).

 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Malam al-Qadar adalah malam yang indah penuh kelembutan, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin. Manakala pada keesokan harinya sinar matahari kelihatan lemah kemerah-merahan.” (Hadis Riwayat al-Bazzar)

 Dari Aisyah Radiallahuanha, sesungguhnya Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam yang ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan". (HR Bukhari)

Aisyah Radiallahuanha mengatakan, “Rasulullah s.a.w. beriktikaf (duduk di dalam masjid) pada sepuluh hari yang terakhir pada bulan ramadhan”. (HR Bukhari)

Aisyah Radiallahuanha mengatakan, “Rasulullah apabila masuk malam 10 terakhir Ramadan, Baginda menghidupkan malam (dengan ibadat), mengejutkan keluarganya (bangun beribadat), bersungguh-sungguh (dalam beribadat) dan uzlah (mengasingkan diri) daripada isteri-isterinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Daripada Aisyah r.a., katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, jikalau saya mengetahui bila lailatul-qadar itu, apakah yang harus saya ucapkan pada malam itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ucapkanah: "Allahumma innaka ‘afuwun tuhibbul ‘afwa fa’ fu ‘anni" (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan suka memaafkan, maka maafkanlah aku). (HR Termidzi)

Hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tentang bila terjadinya lailatul qadar di antaranya adalah agar terbeza antara orang yang sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut dengan orang yang malas.

 Insyallah dengan kita beramal setiap malam 10 akhir Ramadhan pasti salah satu malam tersebut adalah Malam Lailatul Qadar. Jangan lupa doa kita untuk Umat dan Makhluk seluruh alam insyallah Malaikat akan mendoakan kebaikan untuk kita kembali.

Selasa, 7 Ogos 2012

KUIH KETAYAP HIJAU ???

TETIBA aku teringin nak cuba resipi kuih kegemaran aku ni...  bila nak buat?  tak pasti lagi, tengah cari masa .. hehehhe...

Resepi Cara Nak Masak KUIH KETAYAP. Berikut adalah resepi kuih ketayap yang diwarisi zaman berzaman. Resepi kuih ketayap ini boleh diubah mengikut citarasa masing2.
resepi kuih ketayap

resepi kuih ketayap
Bahan-Bahan untuk masak kuih ketayap:
Bahan inti:
150 gm gula merah
¾ cawan air
½ biji kelapa parut
garam
daun pandan 1 cawan tepung gandum
1 ½ cawan santan
1 biji telur
2 helai daun pandan

Cara:
Untuk inti, masukkan semua bahan inti ke dalam periuk. Kemudian masak di atas api yang sederhana dan kacau agar sebati dan melengas. Masukkan sedikit tepung gandum agar inti ini melengas. Angkat dan ketepikan. Untuk kulitnya, masukkan tepung gandum dan telur di dalam mangkuk. Kemudian masukkan santan dan kacau hingga sebati. Jika suka bolehlah dimasukkan air daun pandan.( Resepi kuih ketayap yang biasa menggunakan daun pandan, ia juga boleh diganti dengan pewarna lain) Tapis adunan ini. Panaskan kuali yang telah dilengser dengan sedikit minyak. Tuangkan sesenduk adunan ini dan lenggang-lenggangkan kuali tadi, supaya adunan rata dan nipis. Setelah masak, angkat dan ketepikan. Buat sehingga selesai semuanya. Kemudian ambil kuih dadar tadi dan masukkan inti di tengah-tengahnya. Kemudian lipatkan bahagian atas dan bawah lalu gulung ketayap kemas-kemas. Lakukan sehingga selesai dan hidangkan kuih ketayap anda.
Anda juga boleh meletakkan sedikit durian didalam kuih ketayap anda.
Selamat mencuba resepi kuih ketayap. Cuba jangan tak cuba..

AL-BAQARAH 223-229

Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (QS. 2:223)

Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertaqwa dan mengadakan ishlah di antara manusia 139. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:224)

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun 140. (QS. 2:225)

Kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya 141 diberi tangguh empat bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 2:226)

Dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:227)

Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru 142. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujuknya dalam masa menanti itu jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya 143. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 2:228)

Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya 144. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. 2:229)